Liputan6.com, Jakarta Umat Islam di seluruh dunia akan segera menyambut tahun baru Hijriyah 1447 H. Banyak yang bertanya-tanya, 1 Muharram tanggal berapa? Pertanyaan ini penting untuk mengetahui kapan dimulainya bulan pertama dalam kalender Islam dan mempersiapkan diri untuk menyambutnya dengan amalan-amalan yang dianjurkan.
Menjewab pertanyaan 1 Muharram tanggal berapa, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama telah menetapkan 1 Muharram 1447 H jatuh pada hari Jumat, 27 Juni 2025. Tanggal ini juga ditetapkan sebagai hari libur nasional keagamaan, memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menikmati libur panjang di akhir pekan.
Selain mengetahui 1 Muharram tanggal berapa, penting juga untuk memahami makna dan keutamaan bulan Muharram. Bulan ini merupakan salah satu dari empat bulan haram (Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab) yang dimuliakan dalam Islam. Pada bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan amal saleh.Berikut informasi lengkapnya, yang telah Liputan6.com rangkum pada Rabu (25/6).
Malam 1 Suro 2022 atau 1 Muharram 1444 H jatuh pada 29 Juli 2022, menandakan awal tahun baru penanggalan Islam dan Jawa. Malam 1 Suro juga dipercaya sebagai waktu munculnya lelembut ke alam manusia. Untuk itu, ada sejumlah pantangan bagi masyarakat J...
KEUTAMAAN BULAN MUHARRAM SEBAGAI BULAN HARAM
Bulan Muharram merupakan salah satu dari empat bulan suci yang disebut sebagai "al-asyhur al-hurum" dalam ajaran Islam. Keempat bulan tersebut adalah Muharram, Rajab, Dzulqa'dah, dan Dzulhijjah. Bulan-bulan ini memiliki kedudukan istimewa dalam pandangan Islam karena kesucian dan kemuliaan yang Allah SWT berikan kepadanya.
Para ulama ahli tafsir memaknai kata "haram" dalam konteks ini bukan berarti dilarang, melainkan sebagai bulan yang disucikan dan dimuliakan. Dalam bulan-bulan ini, Allah SWT mengharamkan pertumpahan darah dan berbagai bentuk kekerasan. Hal ini menunjukkan betapa agungnya bulan Muharram dalam pandangan syariat Islam, di mana kedamaian dan ketenangan menjadi prioritas utama.
Rasulullah SAW telah memberikan penjelasan yang jelas mengenai keempat bulan haram ini dalam sabdanya yang mulia. Beliau menegaskan bahwa penetapan bulan-bulan haram ini telah ada sejak Allah SWT menciptakan langit dan bumi, menunjukkan bahwa kesucian bulan-bulan ini bersifat abadi dan tidak akan berubah hingga akhir zaman.
Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya zaman telah berputar sebagaimana keadaannya pada hari Allah menciptakan langit dan bumi, dalam setahun ada dua belas bulan, darinya ada empat bulan haram, tiga di antaranya adalah Dzulkaidah, Dzulhijjah dan Muharram, sedangkan Rajab adalah bulan Mudhar yang di antaranya terdapat Jumadil Akhir dan Sya'ban." (HR Bukhari Muslim)
SEJARAH PENETAPAN KALENDER HIJRIAH DAN PERAN 1 MUHARRAM
Kalender Hijriah atau Qomariyah merupakan sistem penanggalan umat Islam yang dimulai dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah. Penetapan kalender ini tidak terjadi pada masa Nabi SAW, melainkan pada masa Khalifah Umar bin Khattab RA sekitar tahun 17 Hijriyah. Keputusan ini diambil karena kebutuhan administratif yang mendesak dalam penyelenggaraan pemerintahan Islam yang semakin berkembang.
Latar belakang penetapan kalender Hijriah berawal dari kesulitan yang dialami Khalifah Umar bin Khattab RA ketika menerima surat dari Abu Musa Al-Asy'ari RA yang tidak mencantumkan tanggal pengiriman. Hal ini menyebabkan kebingungan dalam menentukan prioritas penanganan surat-surat pemerintahan. Kondisi ini mendorong Umar untuk mengadakan musyawarah dengan para sahabat terkemuka guna menetapkan sistem penanggalan yang baku untuk umat Islam.
Dalam musyawarah tersebut, muncul beberapa usulan mengenai peristiwa yang akan dijadikan patokan awal kalender Islam. Ada yang mengusulkan tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW, tahun diutusnya beliau menjadi Rasul, tahun wafatnya, atau tahun hijrah dari Makkah ke Madinah. Setelah melalui diskusi panjang, akhirnya disepakati bahwa peristiwa hijrah yang akan menjadi awal kalender Islam berdasarkan usulan Ali bin Thalib RA.
Pemilihan peristiwa hijrah sebagai awal kalender Islam memiliki makna filosofis yang mendalam. Hijrah bukan hanya sekedar perpindahan geografis, tetapi juga melambangkan transformasi spiritual dan sosial umat Islam. Peristiwa ini menandai dimulainya era baru dalam sejarah Islam, di mana masyarakat Muslim mulai membangun peradaban berdasarkan nilai-nilai Islami. Oleh karena itu, 1 Muharram sebagai awal tahun Hijriah menjadi momentum refleksi dan pembaharuan komitmen dalam menjalani kehidupan sesuai tuntunan Islam.
AMALAN-AMALAN SUNNAH DI AWAL TAHUN HIJRIAH
Memasuki tahun baru Hijriah, umat Islam dianjurkan untuk melakukan berbagai amalan sunnah yang dapat meningkatkan kualitas spiritual dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Salah satu amalan yang dianjurkan adalah membaca doa awal tahun yang terdapat dalam kitab Al-Jami' Al-Kabir karya Imam As-Suyuthi. Doa ini mengandung permohonan perlindungan dari godaan syetan dan pertolongan untuk mengalahkan hawa nafsu yang mengajak kepada kejahatan.
Doa awal tahun memiliki makna yang sangat mendalam dalam kehidupan seorang Muslim. Dalam doa tersebut, terkandung pengakuan akan keabadian dan keagungan Allah SWT, serta permohonan agar tahun yang baru dapat diisi dengan amal-amal shaleh yang mendekatkan diri kepada-Nya. Meskipun terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai status hadits tentang doa awal tahun, namun mayoritas ulama sepakat bahwa membaca doa ini merupakan amalan yang baik dan tidak bertentangan dengan syariat Islam.
Selain membaca doa awal tahun, umat Islam juga dianjurkan untuk melakukan introspeksi diri dan membuat resolusi spiritual untuk tahun yang baru. Hal ini sejalan dengan semangat hijrah yang menjadi dasar kalender Hijriah. Sebagaimana hijrah Nabi SAW menandai transformasi besar dalam sejarah Islam, maka setiap awal tahun Hijriah hendaknya menjadi momentum untuk melakukan perubahan positif dalam kehidupan pribadi dan sosial.
اَللّهُمَّ أَنْتَ الْأَبَدِيُّ الْقَدِيْمُ الْأَوَّلُ، وَعَلَى فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ وَكَرِيْمِ جُوْدِكَ الْمُعَوَّلِ. وَهَذَاعَامٌ جَدْيُدٌ قَدْ أَقْبَل. أَسْأَلُكَ الْعِصْمَةَ فِيْهِ مَنَ الشْيْطَانِ وَأَوْلِيَائِهِ، وِالْعَوْنَ عَلَى هَذه النَّفْسِ الأَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ، وَالْاشْتِغَالِ بِمَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْكَ زُلْفَى، يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
Artinya: "Ya Allah Engkaulah yang abadi, dahulu, lagi awal. Dan hanya kepada anugerah-Mu yang Agung dan Kedermawanan-Mu yang mulia kami berharap. Dan inilah tahun baru yang telah datang. Kami memohon perlindungan dalam tahun ini dari godaan setan, kekasih-kekasihnya dan bala tentaranya. Dan kami memohon pertolongan untuk mengalahkan hawa nafsu amarah yang mengajak pada kejahatan, agar kami sibuk melakukan amal yang dapat mendekatkan diri kami kepada-Mu wahai Dzat yang memiliki Keagungan dan kemuliaan."
KEUTAMAAN PUASA BULAN MUHARRAM
Puasa pada bulan Muharram memiliki keutamaan yang sangat tinggi dalam ajaran Islam. Rasulullah SAW secara tegas menyatakan bahwa puasa terbaik setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Muharram. Hal ini menunjukkan betapa istimewanya bulan Muharram dalam pandangan syariat Islam, di mana Allah SWT memberikan pahala yang berlipat ganda bagi orang-orang yang berpuasa di dalamnya.
Imam Hanbali dalam karyanya menjelaskan bahwa hadits Abu Hurairah RA tentang keutamaan puasa Muharram menegaskan posisi istimewa bulan ini dalam kalender Islam. Namun, perlu dipahami bahwa yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah keutamaan bulan Muharram secara umum untuk berpuasa sunnah secara penuh. Adapun puasa sunnah di sebagian hari dalam bulan lain, seperti puasa Arafah atau enam hari Syawal, tetap memiliki keutamaan tersendiri yang tidak dapat diabaikan.
Menariknya, meskipun Rasulullah SAW sangat menganjurkan puasa pada bulan Muharram, tidak ada riwayat yang menyebutkan bahwa beliau berpuasa sepanjang bulan Muharram. Riwayat yang sahih hanya menyebutkan bahwa Nabi SAW berpuasa pada hari Asyura (10 Muharram) dan menganjurkan umatnya untuk melaksanakannya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam menjalankan sunnah, kita hendaknya mengikuti petunjuk Rasulullah SAW secara proporsional dan tidak berlebihan.
Khusus untuk tanggal 1 Muharram tahun 2025 yang jatuh pada hari Jumat, terdapat ketentuan khusus dalam fiqih Islam mengenai puasa pada hari Jumat. Rasulullah SAW melarang mengkhususkan puasa pada hari Jumat tanpa diiringi puasa sehari sebelum atau sesudahnya. Oleh karena itu, bagi yang ingin berpuasa pada 1 Muharram yang jatuh pada hari Jumat, disunnahkan untuk mengiringinya dengan puasa pada hari Kamis atau Sabtu.
Dalil Keutamaan Puasa Muharram:
أفضل الصيام بعد رمضان شهر الله المحرم
Artinya: "Sebaik-baik puasa setelah Ramadan adalah puasa di bulan Allah, bulan Muharram." (HR Muslim)
Dalil Larangan Puasa Khusus Hari Jumat:
لَا يَصُومَنَّ أَحَدُكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ إِلَّا أَنْ يَصُومَ يَوْمًا قَبْلَهُ
Artinya: "Janganlah salah seorang kalian berpuasa pada hari Jumat, kecuali jika sebelum atau sesudahnya ia juga berpuasa." (HR Muslim dari Abu Hurairah RA)
HIKMAH DAN PELAJARAN DARI PERISTIWA BERSEJARAH DI BULAN MUHARRAM
Bulan Muharram tidak hanya istimewa karena statusnya sebagai bulan haram dan awal tahun Hijriah, tetapi juga karena berbagai peristiwa bersejarah yang terjadi di dalamnya. Salah satu peristiwa penting yang disebutkan dalam tradisi Islam adalah diterimanya taubat Nabi Adam AS oleh Allah SWT pada tanggal 10 Muharram. Peristiwa ini memberikan pelajaran berharga tentang rahmat Allah SWT yang tidak terbatas dan pentingnya taubat dalam kehidupan seorang Muslim.
Kisah taubat Nabi Adam AS mengajarkan bahwa tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni oleh Allah SWT, selama seseorang bertaubat dengan sungguh-sungguh. Hal ini memberikan harapan dan motivasi bagi setiap Muslim untuk selalu kembali kepada Allah SWT ketika melakukan kesalahan. Dalam konteks pergantian tahun, peristiwa ini mengingatkan umat Islam untuk menjadikan awal tahun sebagai momentum untuk bertaubat dan memulai lembaran baru dalam kehidupan spiritual.
Selain itu, berbagai peristiwa bersejarah lainnya yang terjadi pada bulan Muharram memberikan pelajaran tentang pentingnya kesabaran, ketabahan, dan keteguhan iman dalam menghadapi cobaan. Peristiwa-peristiwa ini menjadi rujukan moral dan spiritual bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Mereka mengajarkan bahwa setiap kesulitan pasti ada jalan keluarnya, dan bahwa Allah SWT selalu bersama orang-orang yang sabar dan bertakwa.
Hikmah dari peristiwa-peristiwa bersejarah di bulan Muharram juga menegaskan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan umat Islam. Dalam menghadapi berbagai tantangan dan ujian, umat Islam hendaknya bersatu dan saling mendukung satu sama lain. Semangat persaudaraan dan solidaritas yang diajarkan dalam Islam menjadi kunci dalam menghadapi berbagai permasalahan yang dihadapi umat di berbagai belahan dunia. Dengan demikian, bulan Muharram tidak hanya menjadi momentum spiritual individual, tetapi juga kolektif untuk memperkuat ikatan persaudaraan sesama Muslim.