6 Teknik Dekorasi Kuno Masih Dipakai Para Desainer, Hadirkan Nuansa Hangat

2 days ago 15

Liputan6.com, Jakarta Dalam dunia desain interior yang terus berkembang dan dipengaruhi oleh tren-tren baru setiap tahunnya, ada satu hal yang tak lekang oleh waktu yaitu kekuatan dari teknik dekorasi klasik.

Meski kini marak pendekatan modern dan minimalis, banyak desainer justru kembali melirik gaya-gaya lama yang dianggap kuno karena terbukti mampu menghadirkan nuansa hangat, fungsional, dan tak tertandingi dalam hal estetika maupun kenyamanan.

Sentuhan desain dari era sebelumnya, termasuk dari tahun 90-an, kembali muncul dalam berbagai bentuk. Hal ini tidak hanya dipengaruhi oleh rasa nostalgia, tetapi juga karena kita bisa belajar banyak dari metode dekorasi yang telah digunakan selama puluhan bahkan ratusan tahun.

Banyak teknik klasik yang ternyata masih sangat relevan dengan kebutuhan dan selera pada masa kini, serta mampu memberikan karakter yang kuat dan klasik pada sebuah ruangan.

Berikut Liputan6.com merangkum dari Homes and Gardens tentang teknik dekorasi kuno yang masih populer, Selasa (3/6/2025).

Nampak terlihat biasa saja. Ternyata rumah kayu ini memiliki interior yang luar biasa.

1. Ruang-Ruang Kecil Lebih Nyaman daripada Ruangan Besar yang Terbuka

Selama beberapa dekade terakhir, konsep ruang terbuka (open plan)—di mana dapur, ruang makan, dan ruang keluarga menyatu tanpa sekat—sering dianggap sebagai simbol desain modern dan efisien. Namun kini, semakin banyak desainer interior yang kembali mengadopsi pendekatan tradisional, membagi rumah menjadi beberapa ruangan yang memiliki fungsi khusus.

Desainer Kate Walker menjelaskan bahwa rumah dengan ruangan yang terpisah cenderung menciptakan suasana yang lebih hangat, intim, dan personal. Setiap ruangan bisa dirancang untuk menghadirkan pengalaman emosional yang berbeda. Misalnya, ada ruang untuk membaca yang tenang, ruang kerja yang mendukung fokus, ruang tamu untuk bersosialisasi, dan ruang keluarga untuk bersantai.

Selain itu, pendekatan ini juga lebih fleksibel dari sisi psikologis. Penghuni rumah bisa memilih untuk menyendiri di ruang privat, atau berkumpul bersama keluarga dan teman di ruang bersama.

Pendekatan ini bukan hanya tentang keindahan, tetapi juga tentang fungsi dan kenyamanan. Dalam konteks iklim dan kebutuhan rumah tangga masa kini, ruang yang terpisah memungkinkan pengaturan suhu dan suara yang lebih baik. Secara keseluruhan, rumah terasa lebih harmonis dan teratur ketika memiliki ruang-ruang dengan tujuan yang jelas.

2. Sesuaikan Dekorasi dengan Gaya dan Bentuk Rumah

Setiap rumah memiliki ciri khas arsitektur yang membentuk karakter dasarnya. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan gaya dan bentuk rumah saat memilih konsep dekorasi interior. Memaksakan gaya dekorasi tertentu tanpa memperhatikan struktur dasar rumah dapat menghasilkan kesan yang tidak selaras.

Desainer Betsy Burnham menyampaikan bahwa ia selalu menggunakan bentuk dan arsitektur asli rumah sebagai panduan dalam mendesain interior. Meskipun ia tidak bersifat kaku, panduan ini membantu menjaga keseimbangan antara fungsi dan estetika. Sebagai contoh, rumah bergaya modern minimalis mungkin tidak cocok jika langsung diisi dengan furnitur bergaya klasik yang kaya ornamen tanpa penyesuaian.

Namun, mencampur gaya lama dan baru tetap dimungkinkan. Kuncinya adalah memperhatikan harmoni visual dan fungsional antara elemen arsitektur dan elemen dekoratif. Dengan demikian, ruangan tetap terasa menyatu dan tidak “bertabrakan” secara visual.

3. Ikuti Teori Warna

Pemilihan warna dalam desain interior bukan hanya soal selera, tetapi juga dipandu oleh teori warna yang sudah terbukti secara estetika dan psikologis. Salah satu prinsip dasar yang masih relevan hingga kini adalah urutan warna dari bawah ke atas: lantai berwarna gelap, dinding berwarna sedang, dan langit-langit berwarna terang.

Desainer Jen Baxter menjelaskan bahwa prinsip ini meniru lanskap alami—tanah yang gelap, lingkungan sekitar yang memiliki intensitas sedang, dan langit yang terang. Karena itulah, skema warna seperti ini terasa alami dan nyaman di mata. Selain menciptakan keseimbangan visual, teknik ini juga membantu menyesuaikan pencahayaan dalam ruangan.

Teori warna ini tetap bisa diterapkan dalam berbagai gaya, baik saat menggunakan warna netral, monokromatik, maupun warna-warna cerah yang kontras. Memahami alasan di balik pemilihan warna akan membuat hasil dekorasi lebih harmonis dan menyenangkan secara keseluruhan.

4. Sederhana Itu Elegan

Kesederhanaan tetap menjadi prinsip yang tak lekang oleh waktu di tengah derasnya arus tren dekorasi yang terus berubah. Desain yang berlebihan cenderung membuat ruangan terasa penuh, berantakan, dan melelahkan secara visual.

Desainer Kate Walker menekankan pentingnya pendekatan yang lebih sederhana dan fungsional. Ia memilih furnitur yang benar-benar dibutuhkan dan memiliki nilai estetika, seperti satu meja makan utama yang mempererat kebersamaan, atau satu kursi yang mengundang orang untuk duduk dan bersantai.

Desain yang sederhana memberi ruang bagi setiap elemen untuk “bernapas”, serta memberikan kejelasan fungsi dan makna pada setiap sudut ruangan. Dengan mengutamakan kualitas daripada kuantitas, ruangan akan terasa lebih lapang, elegan, dan tidak lekang oleh waktu.

5. Dekorasi Sesuai dengan yang Disukai

Minimalisme modern sering kali mengedepankan tampilan bersih dan rapi, namun terkadang mengorbankan unsur personal dan emosional. Ruangan bisa terlihat indah tetapi terasa hampa. Untuk itu, desainer Michael Angus menyarankan agar dekorasi dimulai dari hal-hal yang disukai dan memiliki makna bagi pemilik rumah.

Dekorasi yang bersifat personal—seperti koleksi keramik warisan keluarga, lukisan favorit, atau benda-benda yang mengandung kenangan—akan membuat rumah terasa lebih hidup dan otentik. Prinsipnya adalah: biarkan kepribadian dan cerita pemilik rumah muncul dalam desain interior.

Dekorasi semacam ini tidak hanya menambah keindahan visual, tetapi juga menciptakan rasa keterikatan emosional dan kenyamanan yang mendalam.

6. Seni Itu Penting

Karya seni adalah elemen penting dalam dekorasi rumah yang berfungsi memberikan karakter, kedalaman, dan cerita pada ruangan. Meskipun tergolong metode klasik, memajang seni tetap menjadi cara efektif untuk memperkuat identitas sebuah ruang.

Desainer Jen Baxter tetap mempraktikkan penggunaan dinding galeri atau gallery wall dalam desain interior. Ia menyarankan agar karya seni yang dipajang memiliki makna, bukan hanya dibeli dalam satu set tanpa pertimbangan. Koleksi seni bisa terdiri dari peta lama, foto keluarga, lukisan favorit, atau karya lokal—yang semuanya mencerminkan selera dan kisah pemilik rumah.

Dinding galeri, baik yang simetris maupun acak, selalu mampu menjadi titik fokus yang menarik dan menjadi bahan obrolan yang menyenangkan bagi tamu.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|