Liputan6.com, Jakarta Ular weling (Bungarus candidus) merupakan salah satu jenis ular berbisa yang terkenal karena coraknya yang mencolok dan memikat. Tubuhnya yang belang hitam-putih terlihat cantik dan elegan, bahkan sering dianggap menarik oleh pecinta reptil. Namun di balik keindahannya, ular ini menyimpan potensi bahaya yang mematikan. Racunnya tergolong neurotoksin kuat yang mampu melumpuhkan sistem saraf manusia dalam waktu singkat, membuatnya menjadi salah satu ular paling ditakuti di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Keberadaan ular weling kerap ditemui di sekitar permukiman atau lahan terbuka saat malam hari karena sifatnya yang nokturnal. Sayangnya, banyak orang belum mengenali perbedaan antara ular weling dengan spesies lain yang memiliki pola serupa namun tidak berbisa. Dalam artikel ini, kita akan mengulas beragam fakta menarik tentang ular weling — mulai dari ciri fisik, perilaku, hingga mitos yang berkembang di masyarakat — agar lebih waspada sekaligus memahami pentingnya melindungi ekosistem ular ini.
1. Warna Tubuh Belang Hitam-Putih
Karakteristik paling mencolok dari ular weling adalah warna tubuhnya yang berpola belang hitam dan putih. Belang tersebut umumnya melingkar secara menyeluruh (cincin penuh) dan berukuran hampir sama besar, menjangkau dari kepala hingga ujung ekor. Perutnya berwarna putih, dan ekornya runcing dengan panjang sekitar 16 cm. Secara detail, ular weling memiliki 15 deret sisik dorsal, 209-219 sisik ventral, 40-50 sisik subkaudal, sisik anal tunggal, dan 7 sisik perisai labial.
Menurut O’Shea dalam bukunya Venomous Snakes of the World (2005), pola warna ini merupakan bentuk aposematis atau peringatan visual terhadap predator bahwa ular ini berbahaya karena berbisa. Namun, beberapa populasi memiliki variasi warna. Dalam laporan oleh Kuch & Mebs dalam Zootaxa (2005), ditemukan individu berwarna hitam polos di beberapa wilayah Jawa, menunjukkan adanya variasi fenotipe dalam spesies ini.
Tubuhnya ramping dan silindris, dengan permukaan sisik yang halus dan mengkilap. Menurut Chanhome et al. dalam African Journal of Biotechnology (2011), sisik halus ini membantu ular bergerak dengan lincah di tanah atau vegetasi rendah saat berburu di malam hari. Taring ular weling berukuran kecil namun sangat efektif menyuntikkan neurotoksin langsung ke sistem saraf mangsa, terutama saat berburu ular lain atau hewan pengerat.
2. Bisa Neurotoksik yang Sangat Mematikan
Ular weling dikenal memiliki bisa yang sangat mematikan. Menurut penelitian oleh Chanhome et al. dalam jurnal African Journal of Biotechnology, racun ular ini mengandung neurotoksin kuat yang dapat menyebabkan kelumpuhan otot dan kegagalan pernapasan. Studi tersebut juga menunjukkan bahwa variasi geografis memengaruhi potensi racun, dengan spesimen dari Indonesia menunjukkan neurotoksisitas yang lebih cepat dibandingkan dengan yang dari Thailand dan Malaysia.
Lebih lanjut, penelitian oleh Hodgson et al. dalam Journal of Venomous Animals and Toxins including Tropical Diseases mengungkapkan bahwa racun ular weling tidak hanya bersifat neurotoksik, tetapi juga memiliki aktivitas miotoksik dan nefrotoksik. Artinya, racun ini dapat merusak jaringan otot dan ginjal, menambah kompleksitas penanganan medis terhadap gigitan ular ini.
3. Habitat Luas dan Perilaku Nokturnal
Ular weling memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap berbagai jenis habitat. Ular ini dapat ditemukan di hutan, hutan mangrove, semak belukar, perkebunan, lahan pertanian, dan bahkan di sekitar pemukiman manusia. Habitatnya mencakup dataran rendah hingga ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut. Kemampuan adaptasi ini membuat ular weling sering berinteraksi dengan manusia, terutama di daerah pedesaan.
Ular weling adalah hewan nocturnal, yang berarti aktif pada malam hari. Ular ini cenderung tidak agresif dan lebih memilih menghindari konfrontasi dengan manusia. Namun, karena aktivitas malam harinya, gigitan ular weling sering terjadi saat manusia sedang tidur atau tidak menyadari keberadaannya. Perilaku ini menjadikan ular weling sebagai ancaman tersembunyi, terutama di daerah yang minim penerangan.
4. Perilaku Makan yang Unik dan Peran Ekologis
Ular weling memiliki perilaku makan yang unik, yaitu ophiophagi, atau memakan ular lain. Menurut Kuch dalam Herpetological Bulletin, ular ini juga memangsa kadal, amfibi, dan mamalia kecil.
Perilaku ini menempatkan ular weling sebagai predator puncak dalam ekosistemnya, membantu mengontrol populasi ular lain dan menjaga keseimbangan ekosistem. Pemahaman tentang peran ekologis ini penting dalam upaya konservasi dan pengelolaan habitat.
5. Reproduksi dan Perawatan Telur yang Menarik
Ular weling adalah spesies ovipar, yang berarti berkembang biak dengan bertelur. Menurut presentasi oleh Weiss et al. dalam Malayan Krait Presentation, musim kawin terjadi pada bulan Maret dan April, dengan betina bertelur 4 hingga 10 butir.
Menariknya, betina diketahui menjaga telurnya hingga menetas, yang merupakan perilaku langka di antara ular. Perilaku ini menunjukkan tingkat perawatan parental yang tinggi, yang dapat meningkatkan peluang kelangsungan hidup anak-anaknya.
Pertanyaan Umum Seputar Topik
1. Apakah ular weling berbisa?
Ya, ular weling memiliki bisa yang sangat mematikan dan bersifat neurotoksik. Bisa ini menyerang sistem saraf dan bisa menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani.
2. Apa perbedaan ular weling dan ular welang?
Ular weling memiliki pola belang hitam-putih, sedangkan welang belangnya hitam-kuning. Selain itu, racun weling cenderung lebih mematikan dibanding welang.
3. Apakah ular weling berbahaya bagi manusia?
Sangat berbahaya jika tergigit karena racunnya dapat menyebabkan kelumpuhan dan gagal napas. Namun, ular ini tidak agresif dan hanya menggigit jika merasa terancam.
4. Kapan waktu aktif ular weling?
Ular weling aktif pada malam hari (nocturnal). Oleh karena itu, risiko bertemu ular ini lebih tinggi saat malam atau saat kondisi gelap.
5. Apakah ular weling dilindungi?
Belum secara khusus masuk daftar satwa dilindungi, namun beberapa daerah menganggapnya keramat dan tidak boleh dibunuh. Edukasi dan konservasi tetap penting karena ular ini berperan dalam keseimbangan ekosistem.