Kapan dan Tanggal Berapa Malam Satu Suro 2025? Berikut Info Lengkapnya

10 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta Malam Satu Suro merupakan momen sakral dalam budaya Jawa yang menandai pergantian tahun baru dalam penanggalan Jawa, bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriyah. Di kalangan masyarakat Jawa, malam ini dikenal sebagai waktu yang penuh makna spiritual, mistis, dan reflektif.

Banyak tradisi dijalankan untuk menyambutnya, mulai dari tirakat, doa bersama, hingga ritual budaya seperti kirab pusaka di sejumlah daerah seperti Surakarta dan Yogyakarta. Momen ini tidak hanya dirayakan secara spiritual oleh individu, namun juga dalam bentuk perayaan kolektif yang memadukan nilai-nilai religius dan kearifan lokal. 

Lebih dari sekadar penanda waktu, malam Satu Suro adalah saat yang diyakini membawa aura khusus—banyak yang meyakini malam tersebut penuh dengan energi spiritual. Oleh karena itu, banyak orang melakukan ritual introspeksi, berdiam diri, hingga menjauhkan diri dari aktivitas hura-hura.

Momen ini sering dimaknai sebagai ajakan untuk memulai tahun dengan niat yang suci dan hati yang bersih, serta mempererat hubungan dengan Sang Pencipta dan leluhur. Berikut selengkapnya.

Tradisi dan Makna Malam Satu Suro

Dalam pandangan budaya Jawa, pergantian hari dimulai sejak matahari terbenam. Oleh sebab itu, malam 1 Suro dimulai setelah waktu Maghrib pada hari sebelumnya. Sebagai contoh, jika tanggal 1 Suro jatuh pada hari Senin, maka malam 1 Suro dimulai pada Minggu malam, sesudah matahari terbenam.

Malam 1 Suro dipandang sebagai waktu yang sangat penting dan penuh makna spiritual oleh masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa, terutama di wilayah keraton seperti Yogyakarta dan Surakarta, menyambut malam ini dengan berbagai tradisi sakral. Salah satu yang paling dikenal adalah kirab pusaka, yaitu arak-arakan benda-benda keramat milik keraton yang diiringi doa-doa dan prosesi hening. Selain itu, banyak masyarakat menjalankan tirakat, seperti puasa mutih, tapa bisu (berdiam diri tanpa berbicara), dan ziarah ke makam leluhur.

Bagi sebagian kalangan, malam 1 Suro diyakini sebagai saat di mana batas antara dunia nyata dan dunia gaib menjadi tipis. Inilah yang melahirkan berbagai mitos serta pantangan yang menyertainya. Malam Satu Suro bukan sekadar malam pergantian tahun, melainkan momen untuk melakukan introspeksi diri, penyucian batin, dan mendekatkan diri pada Tuhan. Meski begitu, inti dari malam 1 Suro tetaplah sebagai waktu untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan memperkuat kesadaran diri melalui refleksi dan keheningan.

Sejarah dan Asal-Usul Malam 1 Suro

Perayaan malam 1 Suro memiliki akar sejarah yang panjang dan erat kaitannya dengan penyebaran Islam di Jawa. Tradisi ini bermula pada masa pemerintahan Sultan Agung dari Kerajaan Mataram Islam di abad ke-17. Sebelumnya, masyarakat Jawa menggunakan kalender Saka yang berbasis pada perputaran matahari. Namun, pada tahun 1633 M (1555 Saka), Sultan Agung memperkenalkan sistem kalender baru yang menggabungkan unsur penanggalan Saka dengan kalender Hijriah yang digunakan umat Islam.

Reformasi kalender ini dilakukan Sultan Agung dengan tujuan meredam perpecahan sosial dan religius antara kelompok masyarakat yang menganut kepercayaan Kejawen dan Islam. Dengan menggabungkan kedua sistem tersebut, beliau berharap dapat menciptakan titik temu dan menyatukan rakyatnya. Dalam kalender baru tersebut, nama-nama bulan tetap mengikuti penamaan dalam Hijriah, sementara urutan tahunnya tetap memakai hitungan tahun Saka. Bulan pertama dinamakan “Suro”, yang berasal dari kata Arab "Asyura", merujuk pada 10 Muharram.

Sultan Agung menetapkan awal tahun baru Jawa pada 1 Suro, yang bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Islam, tepatnya pada Jumat Legi, 1 Suro 1555 Jawa atau 8 Juli 1633 Masehi. Sejak saat itu, malam 1 Suro diperingati sebagai waktu yang sakral. Sultan Agung menganjurkan masyarakat untuk menjalani malam ini dengan kesunyian, doa, dan refleksi diri, serta menghindari perayaan yang bersifat pesta atau keramaian. Seiring perkembangan zaman, tradisi ini mengalami berbagai adaptasi di sejumlah wilayah, namun makna intinya sebagai momen spiritual dan perenungan tetap hidup dan dijaga hingga sekarang.

Kapan dan Tanggal Berapa Malam Satu Suro 2025?

Data mengenai peringatan Tahun Baru Jawa dapat ditemukan dalam Kalender Hijriah Indonesia Tahun 2025 yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) di bawah naungan Kementerian Agama Republik Indonesia. Kalender ini menyajikan perpaduan antara sistem penanggalan Masehi, Hijriah, dan Jawa dalam satu format terpadu.

Merujuk pada kalender tersebut, malam 1 Suro dalam tahun Jawa 1959 diperingati pada Kamis malam, tanggal 26 Juni 2025. Hal ini dikarenakan 1 Suro 1959 Jawa bertepatan dengan hari Jumat, 27 Juni 2025. Tanggal tersebut juga menjadi momen istimewa karena sekaligus menandai perayaan Tahun Baru Jawa serta Tahun Baru Islam, yaitu 1 Muharram 1447 H.

Adapun tanggal 27 Juni 2025 telah ditetapkan sebagai hari libur nasional dalam rangka memperingati Tahun Baru Islam. Ketentuan ini tercantum dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri yang mengatur daftar hari libur nasional dan cuti bersama untuk tahun 2025.

Pertanyaan Umum Seputar Topik

1. Apa itu Malam 1 Suro?

Malam 1 Suro adalah malam pergantian tahun dalam kalender Jawa yang bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah. Momen ini dianggap sakral oleh masyarakat Jawa dan diperingati dengan berbagai ritual keagamaan serta budaya sebagai bentuk introspeksi dan penyucian diri.

2. Kapan Malam 1 Suro tahun 2025 jatuh?

Pada tahun 2025, malam 1 Suro (tahun Jawa 1959) diperingati pada Kamis malam, 26 Juni 2025, karena 1 Suro jatuh pada hari Jumat, 27 Juni 2025. Tanggal ini juga bertepatan dengan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 H.

3. Apa saja tradisi yang biasa dilakukan pada malam 1 Suro?

Beberapa tradisi yang umum dilakukan meliputi tirakat (laku spiritual), tapa bisu, ziarah ke makam leluhur, dan kirab pusaka di keraton-keraton Jawa. Tradisi ini dijalankan sebagai simbol pembersihan diri, permohonan keselamatan, dan penguatan spiritualitas.

4. Apakah malam 1 Suro berkaitan dengan hal mistis?

Bagi sebagian masyarakat, malam 1 Suro dipercaya sebagai malam ketika dimensi gaib dan dunia nyata lebih dekat. Oleh karena itu, muncul berbagai mitos dan larangan. Meski demikian, inti peringatannya tetap bertumpu pada nilai-nilai religius dan refleksi diri, bukan mistisisme semata.

5. Apakah 27 Juni 2025 merupakan hari libur nasional?

Ya, 27 Juni 2025 ditetapkan sebagai hari libur nasional untuk memperingati Tahun Baru Islam (1 Muharram 1447 H), sesuai dengan SKB Tiga Menteri mengenai Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2025.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|