Takabur Adalah Sifat Tercela, Ketahui Bahaya, Ciri-Ciri dan Cara Menghindarinya

6 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta Dalam kehidupan sehari-hari, mungkin tanpa sadar kita pernah merasa lebih baik dari orang lain. Perasaan ini, yang dikenal dengan istilah takabur, adalah sifat yang sangat dibenci dalam Islam. Takabur adalah merasa diri paling mulia, hebat, pandai, atau lebih tinggi dari orang lain. 

Takabur atau kesombongan adalah sikap batin yang mencerminkan keangkuhan, penolakan terhadap kebenaran, serta merendahkan orang lain. Dijelaskan dalam penelitian berjudul “Takabbur Menurut al-Qur’an pada Surah al-A‘raf Ayat 146” oleh Muhamad Muzzammil bin Abd Razak (Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry, 2019), takabur didefinisikan sebagai “perasaan lebih besar dari orang lain, yang membuat seseorang menolak kebenaran dan meremehkan manusia.”

Rasulullah SAW bersabda bahwa orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi tidak akan masuk surga. Hal ini sebagaimana diriwayatkan HR. Tirmidzi No. 3483 dan Ahmad No. 18003, dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Sungguh sangat merugi orang-orang yang memiliki sifat takabur.

Berikut Liputan6.com ulas lengkap tentang takabur adalah dan penjelasannya dirangkum dari berbagai sumber, Rabu (9/7/2025).

Ada beberapa seleb yang sudah terlanjur dicap sombong lantaran menolak berfoto oleh penggemarnya. Walaupun masalah sepele, ternyata sikap yang ditunjukkan sang artis justru tak ditanggapi baik oleh penggemarnya. Siapa saja ya mereka?

Pengertian Takabur dalam Islam

Secara bahasa, takabur berarti sombong atau berusaha menampakkan keagungan diri. Dalam buku oleh Ibnu Manzhur berjudul Lisan al‑‘Arab dijelaskan bahwa at‑takabur berarti keangkuhan atau kesombongan diri, seperti disinggung dalam QS. Al‑A’raf: 146 terhadap orang yang sombong tanpa alasan yang benar. Secara istilah, takabur dipahami sebagai sikap membanggakan diri (ujub) yang disertai penghinaan atau meremehkan orang lain, serta menolak kebenaran.

  • Makna Takabur Menurut Al-Qur’an & Hadis: Menolak Kebenaran & Meremehkan Manusia.
  • QS. Al‑A’raf 146 menyebut bahwa Allah “membelokkan dari ayat‑ayat-Nya orang yang menyombongkan diri di bumi tanpa hak.”
  • Ini menjelaskan takabur sebagai penolakan terhadap kebenaran Allah dan penghinaan terhadap makhluk.

Dalam riwayat Muslim, Nabi SAW bersabda, “Takabur adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” Ketika ditanya tentang seorang memakai pakaian dan sandal bagus, beliau menegaskan takabur adalah penolakan kebenaran dan merendahkan manusia.

 Doa Agar Dijauhkan Dari Takabur

Doa ini juga terdapat dalam riwayat yang lebih lengkap dalam Adabul Mufrad karya Imam Bukhari, dengan redaksi:

“اللهم إني أعوذ بك من الكفر والفقر وأعوذ بك من عذاب القبر، لا إله إلا أنت.” 

(Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran, kefakiran, dan aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur. Tiada ilah selain Engkau.)

Sementara itu, doa “اللهم إني أعوذ بك من الكبر” dapat dipraktikkan sebagai dzikir dan doa ringkas karena termasuk permohonan perlindungan kepada Allah dari sifat tercela yang disebutkan dalam banyak hadits, sesuai dengan prinsip umum Rasulullah ﷺ yang mengajarkan berlindung dari sifat-sifat buruk, seperti dalam:

Para ulama seperti Imam An-Nawawi dalam Al-Adzkar juga menganjurkan doa perlindungan dari sifat takabur karena termasuk bagian dari adab membersihkan hati.

Bahaya Takabur yang Perlu Diketahui

Takabur atau kesombongan dalam Islam bukan sekadar sikap tercela, tetapi merupakan penyakit hati yang berdampak luas dan serius terhadap kehidupan seseorang. Sifat ini mendapat kecaman keras dalam Al-Qur’an, Hadis, dan literatur keislaman klasik maupun kontemporer.

  • Menghalangi Masuk Surga: Takabur adalah penghalang utama keselamatan akhirat.
  • Mendapat Murka dan Sanksi dari Allah: Takabur mendatangkan hukuman ilahi berupa ketertutupan hati terhadap petunjuk.
  • Merusak Hubungan Sosial: Orang takabur cenderung dibenci masyarakat dan kehilangan empati dari sekitarnya.

Dalam QS. Al-A'raf ayat 146, Allah berfirman akan memalingkan orang-orang yang sombong di muka bumi tanpa alasan dari tanda-tanda kekuasaan-Nya. Dalam kitab Ihya’ ‘Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali, dijelaskan bahwa takabur adalah akar kehancuran hati karena menghancurkan sifat tawadhu’ (rendah hati) yang merupakan kunci kedekatan dengan Allah.

Dilansir dari artikel akademik di Academia.edu “Takabbur dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadis” (2022), orang yang sombong mudah mengalami pengasingan sosial karena tidak mampu bekerja sama, enggan mendengar orang lain, dan cenderung memonopoli percakapan. Menurut penelitian dalam Jurnal Psikologi Islam UIN Sunan Gunung Djati (2023) yang berjudul “Fenomena Kesombongan dan Sikap Superior di Media Sosial”, takabur berkorelasi erat dengan narsisme, kecemasan sosial, dan stres.

Sifat sombong menjadikan seseorang sulit menerima masukan atau nasihat. Akibatnya, ia stagnan secara intelektual dan spiritual, tidak berkembang, bahkan menolak kebenaran karena merasa dirinya selalu benar.

Ciri-Ciri Orang yang Takabur

Takabur atau kesombongan dalam pandangan Islam merupakan penyakit hati yang sangat berbahaya. Ciri-cirinya tidak hanya tampak dalam ucapan, tetapi juga dalam sikap dan cara berpikir seseorang terhadap orang lain.

1. Menolak Kebenaran (Batrul Haqq)

Dijelaskan dalam Shahih Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda:

"Kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia." (HR. Muslim no. 91)

Menolak kebenaran meskipun bukti telah jelas merupakan salah satu tanda utama orang yang takabur. Dalam kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali (jilid 3, bab "Riyâdhah al-Nafs"), disebutkan bahwa orang yang takabur akan mencari-cari alasan untuk menolak nasihat atau petunjuk hanya karena datang dari orang yang dianggap lebih rendah darinya.

2. Meremehkan dan Menghina Orang Lain

Dalam Tafsir Al-Qurthubi (juz 10, hal. 330), dijelaskan bahwa takabur melahirkan perilaku merendahkan sesama manusia, bahkan tanpa alasan. Seseorang merasa dirinya lebih baik dari orang lain, lalu mencibir dan menghina tanpa dasar yang benar.

Penelitian oleh Emi Suhaemi dalam Jurnal Ilmiah Al-Mu’ashirah (2020, STAIN Mandailing Natal) juga menunjukkan bahwa salah satu bentuk nyata takabur adalah berpaling muka dan menampilkan ekspresi meremehkan, yang oleh Rasulullah ﷺ disamakan seperti "suara keledai" ketika berbicara (QS. Luqman: 19).

3. Membanggakan Diri dan Sumber Daya Duniawi

Disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir pada penafsiran QS. Al-Qashash: 76–82, Qarun digambarkan sebagai contoh orang yang takabur karena membanggakan hartanya. Ia berkata bahwa kekayaannya semata-mata karena "ilmu" yang ia miliki (QS. Al-Qashash: 78), bukan karunia Allah. Ini menunjukkan bahwa kesombongan karena harta, ilmu, jabatan, atau keturunan merupakan ciri nyata dari takabur.

Penelitian Pulungan et al. dalam Jurnal Al-Mutabar STAIN Madina (2022) menyatakan bahwa takabur sering berwujud dalam perilaku verbal, seperti merasa diri paling pandai, paling suci, atau paling mulia dibanding orang lain.

4. Enggan Mengakui Kesalahan dan Sulit Menerima Kritik

Dalam Kitab Bidayah wa Nihayah karya Ibnu Katsir, dicontohkan bagaimana Iblis menolak perintah Allah untuk sujud kepada Adam karena merasa lebih baik. Ketakaburannya tampak jelas dalam ucapannya: “Aku lebih baik darinya, Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia dari tanah.” (QS. Al-A'raf: 12). Ini menandakan ciri khas takabur adalah penolakan terhadap perintah atau kritik karena merasa diri lebih unggul.

Takabur memiliki karakter mudah tersinggung, sulit ditegur, dan tidak mau menerima saran, meskipun untuk kebaikannya sendiri.

5. Tingkah Laku Fisik yang Menyombongkan Diri

Dalam Kitab Tanbihul Ghafilin oleh Imam Abu Laits As-Samarqandi, dijelaskan bahwa salah satu ciri takabur tampak dari cara berjalan yang congkak, mengangkat dagu tinggi, serta memalingkan wajah ketika berbicara dengan orang lain. Ini merupakan ekspresi tubuh yang lahir dari hati yang merasa lebih tinggi derajatnya dibanding orang lain.

Dalam QS. Luqman: 18, Allah berfirman:

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong, dan janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh.”

Cara Menghindari Sifat Takabur

Dalam kitab Iḥyā’ ‘Ulūm al-Dīn, Imam al-Ghazālī menegaskan bahwa salah satu cara paling efektif menghindari takabur adalah dengan merenungi hakikat diri manusia: diciptakan dari tanah, lemah, dan penuh keterbatasan. Kesadaran akan asal-usul dan nasib akhir manusia (kematian, hisab, dan kehinaan dunia) akan memupus keinginan untuk meninggikan diri.

  • Menanamkan Kesadaran Diri tentang Kelemahan Manusia.
  • Membiasakan Diri Tawadhu’ di Hadapan Semua Orang.
  • Melawan Nafsu dan Merendahkan Ego melalui Ibadah Khusyuk.

Dijelaskan dalam Bidayatul Hidayah karya Imam al-Ghazālī, seseorang dapat melatih hati dari takabur dengan cara merendahkan diri kepada siapa pun yang ditemui, apa pun kedudukannya. Disebutkan dalam Tahdzib Madarij as-Salikin karya Ibn Qayyim al-Jauziyyah bahwa ibadah yang dilakukan dengan hati penuh kekhusyukan akan melemahkan dorongan takabur, karena seseorang sadar bahwa segala amalnya bergantung pada taufik dari Allah.

Menurut jurnal ilmiah berjudul “Takabur dalam Perspektif Hadis” oleh Muhammad Fadli dari STAIN Mandailing Natal, kemampuan menerima masukan secara terbuka adalah indikator rendah hati dan obat melawan takabur. Dalam buku Tasawuf Modern karya Buya Hamka, beliau menyebutkan bahwa salah satu penyebab tumbuhnya takabur adalah lingkungan yang kompetitif secara duniawi, yang mendorong orang merasa unggul karena harta, jabatan, atau ilmu.

Dalam Tafsir Ibnu Katsir, ketika menafsirkan QS. Luqman ayat 18, dijelaskan bahwa Allah memerintahkan manusia untuk tidak berjalan di muka bumi dengan sombong, dan hendaknya menisbatkan semua nikmat kepada-Nya. Dalam Fath al-Bari karya Ibnu Hajar al-‘Asqalani (syarah Sahih al-Bukhari), dijelaskan bahwa Nabi ﷺ menganjurkan umatnya untuk menghindari pakaian, cara duduk, dan gaya bicara yang menunjukkan arogansi.

QnA Seputar Takabur

1 Apa itu takabur dalam Islam?

Takabur adalah sikap sombong, merasa lebih tinggi dari orang lain, dan meremehkan orang lain, meskipun semua nikmat sebenarnya milik Allah. Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menjelaskan takabur adalah penyakit hati yang sangat halus dan sulit disadari, karena sering muncul saat seseorang merasa lebih pintar, lebih kaya, lebih berilmu, atau lebih saleh dari orang lain.

2. Apa perbedaan takabur dan percaya diri?

  • Percaya diri = meyakini kemampuan diri sebagai bentuk syukur kepada Allah, tetap rendah hati, dan tidak meremehkan orang lain.
  • Takabur = membanggakan diri dengan niat merendahkan orang lain, lupa bahwa semua kemampuan adalah karunia Allah.

3. Apa saja contoh takabur dalam kehidupan sehari-hari?

  • Merasa tidak butuh nasihat orang lain karena merasa paling benar.
  • Pamer harta atau pencapaian untuk merendahkan orang lain.
  • Meremehkan tugas atau pekerjaan karena merasa “terlalu kecil” untuknya.

4. Apa bahaya takabur bagi kehidupan seseorang?

Takabur dapat membuat hati keras dan sulit menerima nasihat, menghilangkan keberkahan ilmu dan rezeki, menjadikan kita sulit akrab dengan orang lain karena merasa “paling hebat”, menjadi penghalang masuk surga, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ: “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” (HR. Muslim)

5. Bagaimana cara mengobati sifat takabur dalam diri?

Mengobati takabur dapat dilakukan dengan menyadari semua nikmat dan kemampuan adalah titipan Allah, melatih diri untuk mendengarkan pendapat orang lain, mengingat bahwa orang yang sombong di dunia akan dihinakan oleh Allah di akhirat, serta membiasakan doa agar dijauhkan dari sifat takabur.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|