5 Model Pembelajaran Kooperatif yang Relevan di 2025: Siap Hadapi Era Kolaborasi

1 week ago 16

Liputan6.com, Jakarta - Di era kolaborasi dan teknologi yang semakin maju, model pembelajaran kooperatif terbukti masih relevan bahkan semakin penting di tahun 2025. Keunggulannya dalam meningkatkan pemahaman siswa, mengembangkan kemampuan bersosialisasi, dan menumbuhkan sikap positif membuatnya menjadi pilihan tepat.

Namun, penerapannya perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan siswa yang dinamis. Model pembelajaran kooperatif yang relevan di 2025 tidak hanya efektif meningkatkan hasil belajar, tetapi juga membentuk karakter siswa yang siap menghadapi tantangan masa depan. Penting untuk memilih model yang tepat agar sesuai dengan materi, tujuan pembelajaran, dan karakteristik siswa.

Pemilihan model pembelajaran kooperatif yang tepat sangat krusial untuk keberhasilan proses pembelajaran. Tidak semua model cocok untuk semua situasi. Faktor-faktor seperti kompleksitas materi, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, dan karakteristik siswa (misalnya, tingkat kemampuan, gaya belajar, dan kepribadian) harus dipertimbangkan dengan cermat.

Memahami model pembelajaran kooperatif yang relevan di 2025 berarti memahami bagaimana mengoptimalkan proses belajar mengajar agar selaras dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan siswa. Integrasi teknologi yang tepat dapat meningkatkan daya tarik dan efektivitas pembelajaran.

Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari Jurnal Kelitbangan, Prosiding Online IKIP PGRI Bojonegoro, Prosiding Online IKIP PGRI Bojonegoro, Unars, Jupetra, dan Journal Universitas NU Sidoarjo, Rabu (7/5/2025).

Sebanyak 40 sekolah rakyat tingkat dasar, menengah, dan atas untuk warga tidak mampu siap dibuka di sejumlah kota pada awal tahun ajaran baru mendatang. Mensos, Saifullah Yusuf dan Seskab, Teddy Indra Wijaya kemarin meninjau salah satu lokasi sekola...

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Model Jigsaw membagi siswa dalam kelompok kecil, setiap anggota bertanggung jawab mempelajari bagian materi tertentu lalu mengajarkannya pada anggota lain. Proses ini mendorong tanggung jawab individu dan kolaborasi.

Guru membagi materi menjadi sub-topik dan membentuk kelompok 'ahli'. Setelah memahami sub-topik, siswa kembali ke kelompok asal dan mengajarkan materi. Model ini efektif meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan sosial.

Contoh praktik: Dalam pelajaran sejarah, kelompok ahli mempelajari aspek berbeda dari suatu periode sejarah (politik, ekonomi, sosial). Setelah itu, mereka kembali ke kelompok asal dan berbagi pengetahuan. Di kelas sains, kelompok ahli mempelajari bagian berbeda dari siklus air, lalu menjelaskan kepada kelompoknya.

Dalam pembelajaran bahasa, kelompok ahli mempelajari tata bahasa yang berbeda, kemudian menjelaskan dan mempraktikkannya bersama.

Model Jigsaw, sebagai salah satu model pembelajaran kooperatif yang relevan di 2025, terbukti efektif meningkatkan hasil belajar, khususnya untuk materi kompleks. Siswa aktif terlibat, saling bergantung, dan bertanggung jawab atas pemahaman materi. Penerapannya dapat disesuaikan dengan berbagai mata pelajaran dan tingkat pendidikan.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

TGT menggabungkan kerja kelompok dengan permainan dan kompetisi. Siswa dibagi dalam tim heterogen, bekerja sama memahami materi, lalu berkompetisi dalam turnamen untuk menguji pemahaman.

Guru menyajikan materi, siswa berdiskusi, dan selanjutnya mengikuti turnamen (kuis, permainan). Skor individu berkontribusi pada skor tim, mendorong tanggung jawab individu dan kerja sama.

Contoh praktik: Dalam pelajaran matematika, tim menyelesaikan soal-soal latihan bersama, kemudian bersaing dalam kuis. Di kelas IPA, tim melakukan percobaan bersama, lalu mempresentasikan hasil dan bersaing dalam menjawab pertanyaan. Di kelas Bahasa Inggris, tim berlatih dialog, kemudian bersaing dalam presentasi dialog.

Model TGT, sebagai bagian dari model pembelajaran kooperatif yang relevan di 2025, meningkatkan motivasi dan hasil belajar. Kompetisi yang sehat dan kerja sama tim menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan efektif. Model ini dapat diadaptasi untuk berbagai mata pelajaran dan tingkat kemampuan siswa.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match

Make a Match melibatkan aktivitas mencocokkan kartu berisi pertanyaan dan jawaban atau konsep. Siswa mendapat kartu acak dan mencari pasangan yang sesuai. Aktivitas ini mendorong interaksi dan memperkuat pemahaman materi.

Guru menyiapkan kartu berpasangan (pertanyaan-jawaban, konsep-definisi). Siswa mencari pasangan, berdiskusi, dan memastikan pasangan benar. Aktivitas diulang dengan pertukaran kartu untuk memperkuat pemahaman.

Contoh praktik: Dalam pelajaran geografi, siswa mencocokkan negara dengan ibukotanya. Di kelas biologi, siswa mencocokkan organ dengan fungsinya. Di kelas bahasa, siswa mencocokkan kata dengan artinya.

Model Make a Match, sebagai model pembelajaran kooperatif yang relevan di 2025, meningkatkan keaktifan dan pemahaman siswa. Pendekatan interaktif dan menyenangkan meningkatkan keterlibatan siswa. Model ini mudah diadaptasi untuk berbagai mata pelajaran dan tingkat pendidikan.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

NHT meningkatkan partisipasi siswa dalam diskusi kelompok. Setiap anggota diberi nomor, guru memanggil nomor acak untuk menjawab pertanyaan atau menyampaikan hasil diskusi. Guru memberikan pertanyaan, siswa berdiskusi dalam kelompok, lalu guru memanggil nomor acak untuk menjawab. Proses ini mendorong tanggung jawab individu dan kerja sama kelompok.

Contoh praktik: Dalam pelajaran sejarah, kelompok berdiskusi tentang penyebab suatu perang, lalu anggota yang dipanggil menjelaskan. Di kelas sains, kelompok berdiskusi tentang siklus hidup kupu-kupu, lalu anggota yang dipanggil menjelaskan. Di kelas Bahasa Indonesia, kelompok berdiskusi tentang unsur-unsur intrinsik cerpen, lalu anggota yang dipanggil menjelaskan.

Model NHT, sebagai salah satu model pembelajaran kooperatif yang relevan di 2025, meningkatkan keaktifan dan hasil belajar. Partisipasi aktif semua siswa menciptakan suasana belajar yang inklusif dan kolaboratif. Model ini cocok untuk berbagai mata pelajaran dan tingkat kemampuan siswa.

Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Gamifikasi

Gamifikasi mengintegrasikan elemen permainan ke dalam pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan keterlibatan. Siswa bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas atau tantangan seperti permainan. Guru merancang aktivitas dengan elemen permainan (poin, lencana, papan peringkat, tantangan). Siswa bekerja sama menyelesaikan tugas, mendorong kolaborasi dan pemecahan masalah.

Contoh praktik: Dalam pelajaran matematika, siswa menyelesaikan soal-soal untuk mendapatkan poin dan naik level. Di kelas IPA, siswa melakukan percobaan dan mendapatkan poin berdasarkan keberhasilan. Di kelas Bahasa Inggris, siswa menyelesaikan kuis dan mendapatkan lencana berdasarkan skor.

Model gamifikasi, sebagai bagian dari model pembelajaran kooperatif yang relevan di 2025, meningkatkan motivasi dan hasil belajar. Pendekatan inovatif dan menyenangkan menciptakan pengalaman belajar yang menarik dan efektif. Model ini dapat diadaptasi untuk berbagai mata pelajaran dan tingkat pendidikan.

Model pembelajaran kooperatif akan terus relevan dan efektif di tahun 2025 dan seterusnya. Keberhasilannya bergantung pada perencanaan matang, pemilihan model tepat, integrasi teknologi efektif, dan fokus pada pengembangan keterampilan abad 21.

Guru perlu terus mengembangkan pemahaman dan keterampilan dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif untuk memberikan pengalaman belajar bermakna bagi siswa.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|