7 Gejala Ciri-ciri Seseorang Overdosis Gula yang Sering Diabaikan, Bisa Berakibat Fatal

4 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta Gula bukan sekadar pemanis. Dalam jumlah kecil, ia adalah sumber energi yang efektif. Namun saat dikonsumsi berlebihan, gula bisa menjadi racun yang merusak perlahan. 

Kita sering tidak menyadari betapa banyak gula tersembunyi dalam makanan sehari-hari, mulai dari saus tomat, sereal sarapan, hingga roti tawar. Akibatnya, tanpa sadar, tubuh bisa mengalami kelebihan gula yang tak lagi bisa ditoleransi oleh sistem metabolisme.

Ketika tubuh kewalahan mengelola kadar gula tinggi, berbagai sinyal mulai muncul. Berdasarkan laporan ilmiah dan panduan medis dari Diabetes Care dan World Journal of Gastroenterology, overdosis gula dapat memicu serangkaian gejala yang jika dibiarkan, dapat menimbulkan kerusakan organ, saraf, hingga kematian. Berikut penjabaran tanda-tanda tersebut secara kronologis.

1. Haus Berlebihan dan Sering Buang Air Kecil

Gejala paling umum dari hiperglikemia adalah rasa haus yang berlebihan dan sering buang air kecil. Ginjal berupaya keras menyaring kelebihan glukosa dari darah, lalu membuangnya lewat urine. Ini menyebabkan hilangnya cairan tubuh dan memicu dehidrasi.

Kondisi ini juga dijelaskan dalam jurnal Hyperglycemic Crises in Adult Patients with Diabetes yang dipublikasikan oleh Diabetes Care (Kitabchi et al., 2009), di mana disebutkan bahwa kombinasi dehidrasi, hiperglikemia, dan gangguan elektrolit merupakan ciri khas dari keadaan darurat medis akibat kelebihan gula.

Jika tidak ditangani, tubuh akan semakin kekurangan cairan dan elektrolit, menyebabkan kelelahan berat hingga risiko kerusakan ginjal.

2. Makan Banyak Tapi Berat Badan Turun

Saat tubuh gagal mengubah glukosa menjadi energi, ia mulai mengonsumsi simpanan lemak dan otot sebagai alternatif bahan bakar. Akibatnya, meski nafsu makan meningkat, berat badan justru turun drastis.

Ahli gizi klinis menyebut kondisi ini sebagai “lapar seluler” karena glukosa tidak mencapai sel. Hal ini sejalan dengan konsep glukotoksisitas dalam jurnal Problems Associated with Glucose Toxicity (Kawahito et al., 2009), yang menyatakan bahwa kelebihan glukosa memicu stres oksidatif dan kerusakan sistem metabolik.

Penurunan berat badan seperti ini bukanlah indikasi diet yang berhasil, melainkan tanda bahaya metabolik.

3. Kelelahan Sepanjang Hari

Rasa lelah yang menetap, bahkan setelah cukup tidur dan makan, menandakan bahwa sel tubuh tidak mendapatkan energi yang dibutuhkan. Glukosa tetap berada dalam aliran darah tanpa dimanfaatkan secara optimal.

Dalam kasus krisis hiperglikemik, seperti dijelaskan oleh Kitabchi et al., tubuh akan memasuki kondisi kelelahan berat akibat gangguan metabolisme dan ketidakseimbangan cairan tubuh.

Energi yang seharusnya didapat dari glukosa justru terperangkap di luar sel, membuat tubuh terus-menerus terasa lemas dan tidak bertenaga.

4. Pandangan Kabur dan Sakit Kepala

Gula darah tinggi memengaruhi cairan tubuh, termasuk pada lensa mata. Lensa menjadi bengkak dan berubah bentuk, menyebabkan penglihatan menjadi kabur dan sulit fokus.

Gejala ini merupakan salah satu tanda awal retinopati diabetik, kondisi yang bisa berujung pada kebutaan jika tidak ditangani. Selain itu, tekanan osmotik tinggi akibat glukosa dalam darah juga memicu sakit kepala berulang.

Dalam kasus ekstrem, perubahan tekanan ini bisa menyebabkan pembengkakan otak ringan.

5. Luka Sulit Sembuh di Kulit

Kondisi hiperglikemia kronis menyebabkan kerusakan pembuluh darah kapiler, yang menghambat aliran darah ke permukaan kulit dan luka. Akibatnya, luka sulit sembuh dan mudah terinfeksi.

Dalam literatur medis, seperti yang dijelaskan dalam World Journal of Gastroenterology, luka yang tidak sembuh menjadi salah satu efek samping glukotoksisitas yang berkepanjangan.

Ini adalah salah satu penyebab utama komplikasi seperti kaki diabetik dan amputasi, jika tidak ditangani dengan segera dan tepat.

6. Kesemutan di Tangan dan Kaki

Gejala neuropati perifer seperti kesemutan, rasa panas, atau bahkan mati rasa di ekstremitas adalah akibat langsung dari kerusakan saraf karena kadar gula tinggi.

Neuropati diabetik menjadi salah satu komplikasi jangka panjang paling umum akibat overdosis gula, sebagaimana dijelaskan dalam jurnal Kitabchi et al. (2009). Kerusakan saraf bisa berkembang secara diam-diam namun progresif.

Kesemutan yang terjadi terutama pada malam hari bisa mengganggu tidur dan memperburuk kualitas hidup secara keseluruhan.

7. Perubahan Warna Kulit dan Infeksi Jamur

Kulit yang mulai menebal dan menggelap di area leher, ketiak, atau lipatan tubuh lain bisa menjadi tanda resistensi insulin. Selain itu, kadar gula tinggi menciptakan lingkungan ideal bagi jamur seperti candida.

Dalam jurnal yang membahas glukotoksisitas (Kawahito et al., 2009), disebutkan bahwa hiperglikemia menurunkan kemampuan imun tubuh dalam melawan infeksi, termasuk infeksi jamur dan bakteri.

Perubahan kulit seperti ini bukan hanya persoalan kosmetik, tetapi merupakan sinyal peringatan yang harus diwaspadai.

FAQ

1. Apa yang terjadi jika tubuh kelebihan gula?

Kelebihan gula menyebabkan resistensi insulin, kerusakan pembuluh darah, penurunan fungsi saraf, dan meningkatnya risiko penyakit jantung serta diabetes tipe 2.

2. Apa tanda gula darah terlalu tinggi pada orang sehat?

Tanda umumnya termasuk sering haus, kelelahan, penglihatan kabur, dan penurunan berat badan yang tidak normal meskipun makan banyak.

3. Apakah overdosis gula bisa disembuhkan?

Jika ditangani sejak dini melalui pola makan sehat, olahraga, dan pemeriksaan rutin, kondisi ini bisa dikendalikan meskipun tidak selalu sepenuhnya sembuh.

4. Berapa batas konsumsi gula per hari?

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan maksimal 25 gram (sekitar 6 sendok teh) gula tambahan per hari untuk orang dewasa.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|