Liputan6.com, Jakarta Hari raya Idul Adha merupakan momen istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia, di mana tradisi makan daging kurban menjadi hal yang sangat dinantikan. Namun, di balik kebahagiaan dan keberkahan tersebut, terdapat risiko kesehatan yang sering kali terabaikan, terutama akibat konsumsi daging dalam jumlah besar dan pola makan yang tidak seimbang. Banyak orang tidak menyadari bahwa kebiasaan makan berlebihan saat Idul Adha dapat memicu berbagai gangguan kesehatan yang muncul secara diam-diam setelah perayaan usai.
Konsumsi daging merah yang berlebihan, terutama yang diolah dengan santan dan minyak, dapat menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan, peningkatan kadar kolesterol, hingga masalah asam urat yang menyakitkan. Selain itu, pola makan yang kurang memperhatikan keseimbangan nutrisi seperti kurangnya serat dan cairan juga dapat memperparah kondisi kesehatan pasca-Idul Adha. Kondisi ini sering kali tidak langsung dirasakan, sehingga banyak yang baru menyadari ketika keluhan sudah muncul.
Oleh karena itu, penting untuk memahami berbagai gangguan kesehatan yang berpotensi timbul setelah Idul Adha agar dapat mengambil langkah pencegahan yang tepat. Dengan pengetahuan yang cukup, masyarakat dapat menikmati momen Idul Adha tanpa harus mengorbankan kesehatan mereka, menjaga pola makan tetap seimbang, dan menerapkan gaya hidup sehat setelah perayaan selesai.
Gangguan Pencernaan
Gangguan pencernaan merupakan salah satu keluhan yang paling sering dialami setelah hari raya Idul Adha, terutama karena konsumsi makanan berbahan dasar daging yang kaya lemak dan santan. Santan mengandung kalori dan lemak yang sangat tinggi, serta karbohidrat difermentasi yang dapat memperberat kerja sistem pencernaan jika dikonsumsi secara berlebihan. Akibatnya, banyak orang mengalami rasa tidak nyaman seperti kembung, nyeri perut, dan gangguan pencernaan lainnya.
Selain itu, pola makan yang berubah drastis dengan konsumsi daging dalam jumlah besar membuat lambung harus bekerja ekstra keras untuk mencerna protein dan lemak yang tinggi. Hal ini dapat memicu munculnya sakit maag atau sindrom dispepsia, yaitu gangguan pencernaan yang ditandai dengan rasa perih dan tidak nyaman di perut bagian atas. Kondisi ini semakin diperparah jika konsumsi makanan pedas dan berminyak juga meningkat saat perayaan.
Untuk mengurangi risiko gangguan pencernaan, disarankan untuk membatasi konsumsi santan dan daging berlemak, serta memperbanyak asupan serat dari sayur dan buah yang membantu melancarkan pencernaan. Minum air putih yang cukup juga sangat penting agar proses pencernaan berjalan lancar dan menghindari dehidrasi yang dapat memperberat keluhan pencernaan.
Kolesterol Tinggi
Konsumsi daging merah yang berlebihan saat Idul Adha berpotensi meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah, yang merupakan faktor risiko utama penyakit jantung dan stroke. Daging kambing dan sapi, terutama bagian yang berlemak, mengandung kolesterol dan lemak jenuh yang tinggi, sehingga konsumsi tanpa kontrol dapat menyebabkan penumpukan plak di pembuluh darah. Hal ini dapat mengganggu aliran darah dan meningkatkan risiko komplikasi kardiovaskular.
Menurut American Heart Association, kadar kolesterol tinggi dalam tubuh dapat memicu berbagai masalah kesehatan serius, termasuk hipertensi dan penyakit jantung koroner. Oleh karena itu, penting untuk mengonsumsi daging dalam porsi yang wajar dan memilih bagian yang rendah lemak. Mengimbangi konsumsi daging dengan sayur-sayuran yang kaya serat juga dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah.
Dalam jurnal Muhammadiyah Journal of Geriatric berjudul "Pengurangan Konsumsi Daging Merah Berlebih untuk Menghambat Proses Penuaan" yang merupakan literature review dari beberapa jurnal, menyebutkan bahwa orang yang mengonsumsi daging merah lebih tinggi dari batas anjuran memiliki nilai kolesterol total, LDL, dan trigliserida yang lebih tinggi dibandingkan vegetarian atau konsumen daging rendah.
Asam Urat
Asam urat adalah gangguan yang sering kambuh saat Idul Adha akibat konsumsi daging merah yang tinggi purin, zat yang diubah menjadi asam urat dalam tubuh. Daging sapi dan kambing, serta jeroan, mengandung kadar purin yang cukup tinggi sehingga dapat memicu peradangan dan nyeri pada sendi, terutama pada penderita yang sudah memiliki riwayat asam urat. Serangan asam urat biasanya dirasakan pada bagian jempol kaki dengan rasa nyeri yang hebat.
Penderita asam urat disarankan untuk membatasi konsumsi daging merah dan menghindari jeroan agar risiko kambuhnya penyakit ini dapat ditekan. Selain itu, menjaga asupan cairan yang cukup juga penting agar asam urat dapat dikeluarkan melalui urine dan tidak menumpuk di dalam tubuh. Mengonsumsi makanan rendah purin dan menjaga pola makan seimbang akan membantu mengelola kondisi ini dengan lebih baik.
Dalam jurnal Nutrients berjudul "The Association between Purine-Rich Food Intake and Hyperuricemia" menjelaskan bahwa daging merah termasuk makanan tinggi purin yang dapat meningkatkan risiko hiperurisemia dan asam urat.
Dehidrasi
Dehidrasi menjadi masalah kesehatan yang sering terjadi setelah konsumsi daging berlebihan pada hari raya Idul Adha. Protein dalam daging memerlukan lebih banyak cairan untuk dicerna dan diolah oleh ginjal, sehingga jika asupan air tidak mencukupi, tubuh akan mengalami kekurangan cairan. Gejala dehidrasi yang umum muncul antara lain pusing, kelelahan, mulut kering, dan penurunan konsentrasi.
Proses metabolisme protein menghasilkan urea yang harus dikeluarkan melalui urine, sehingga konsumsi daging yang tinggi meningkatkan kebutuhan cairan tubuh. Jika tidak diimbangi dengan minum air putih yang cukup, ginjal akan bekerja lebih keras dan risiko dehidrasi pun meningkat. Kondisi ini dapat memperburuk fungsi ginjal dan menimbulkan gangguan kesehatan lainnya.
Untuk menghindari dehidrasi, sangat dianjurkan untuk memperbanyak konsumsi air putih selama dan setelah perayaan Idul Adha. Selain itu, mengonsumsi buah-buahan yang mengandung banyak air juga dapat membantu menjaga keseimbangan cairan tubuh dan mencegah gangguan kesehatan akibat dehidrasi.
Sembelit
Sembelit adalah gangguan pencernaan yang sering dialami setelah Idul Adha karena konsumsi daging yang tinggi protein dan rendah serat. Daging merah tidak mengandung serat, sehingga jika dikonsumsi secara berlebihan tanpa diimbangi asupan sayur dan buah, dapat menyebabkan tubuh kekurangan serat yang penting untuk melancarkan buang air besar. Akibatnya, frekuensi buang air besar berkurang dan tinja menjadi keras.
Kurangnya asupan serat ini menyebabkan usus sulit mendorong tinja keluar dengan lancar, sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman dan bahkan nyeri saat buang air besar. Kondisi ini bisa diperparah jika pola minum air putih juga kurang memadai, karena cairan membantu melunakkan tinja dan mempermudah proses pencernaan.
Untuk mengatasi sembelit, disarankan agar konsumsi daging seimbang dengan makanan berserat tinggi seperti sayuran hijau, buah-buahan, dan biji-bijian. Minum air putih yang cukup juga sangat penting untuk membantu proses pencernaan dan menjaga kesehatan usus agar tetap optimal.
Pertanyaan dan Jawaban Seputar Gangguan Kesehatan Setelah Idul Adha
Q: Apakah konsumsi daging berlebihan saat Idul Adha berbahaya bagi kesehatan?
A: Ya, konsumsi daging berlebihan dapat menyebabkan gangguan pencernaan, kolesterol tinggi, asam urat, dehidrasi, dan sembelit.
Q: Bagaimana cara mencegah gangguan pencernaan setelah Idul Adha?
A: Batasi konsumsi santan dan daging berlemak, perbanyak sayur dan buah, serta minum air putih yang cukup.
Q: Apakah penderita asam urat boleh makan daging saat Idul Adha?
A: Penderita asam urat sebaiknya membatasi konsumsi daging merah dan menghindari jeroan untuk mencegah serangan.
Q: Mengapa dehidrasi sering terjadi setelah makan daging banyak?
A: Karena metabolisme protein meningkatkan kebutuhan cairan untuk mengeluarkan urea, sehingga tubuh mudah kekurangan cairan jika tidak cukup minum.
Q: Apa yang harus dilakukan agar tidak sembelit setelah banyak makan daging?
A: Konsumsi makanan berserat tinggi dan perbanyak minum air putih agar pencernaan lancar.