Liputan6.com, Jakarta Hari Raya Idul adha merupakan momen istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia. Iduladha menjadi ajang untuk meneladani keikhlasan Nabi Ibrahim AS dalam menjalankan perintah Allah SWT.
Salah satu ibadah utama yang dilaksanakan pada hari raya ini adalah penyembelihan hewan kurban. Agar benar-benar sah dan bernilai ibadah, dibutuhkan proses pelaksanaan yang tidak hanya tepat waktu, tetapi juga tertib dan memenuhi kaidah keagamaan serta kesehatan.
Proses eksekusi daging kurban tidak sekadar tentang menyembelih hewan, melainkan mencakup serangkaian tahapan penting yang dimulai dari pemilihan hewan, penyembelihan sesuai syariat, hingga pengolahan dan distribusi daging kepada yang berhak menerimanya.
Setiap tahap eksekusi daging kurban memiliki aturan yang harus ditaati demi memastikan bahwa nilai-nilai ibadah, kebersihan, serta kebermanfaatan sosial dari kurban benar-benar terwujud.
Berikut Liputan6.com merangkum dari berbagai sumber tentang proses eksekusi daging kurban, Rabu (4/6/2025).
Hari Raya Idul Adha tiba, berbagai rencana memasak daging kurban dipersiapkan. Mengolah daging, terutama daging kambing perlu dilakukan dengan benar agar masakan tidak muncul bau prengus. Simak tipsnya dalam video berikut ini.
1. Niat dan Penetapan Hewan Qurban
Proses qurban diawali dengan niat yang tulus dari individu muslim yang telah memenuhi syarat wajib qurban, yaitu baligh, berakal, tidak sedang dalam perjalanan (mukim), dan memiliki harta lebih dari kebutuhan dasar (melampaui nisab).
Hewan yang dipilih pun harus memenuhi kriteria yang ditentukan dalam syariat Islam. Jenis hewan yang boleh dikurbankan antara lain kambing, domba, sapi, dan unta. Hewan tersebut harus sehat, cukup umur, dan bebas dari cacat fisik.
Dalam pelaksanaan modern, panitia qurban biasanya melakukan pengecekan kesehatan hewan melalui dinas terkait, untuk memastikan aspek kelayakan dari sisi medis dan syariat. Penetapan hewan qurban secara dini juga membantu manajemen distribusi dan logistik agar berjalan lebih efisien.
2. Penyembelihan Sesuai Syariat
Penyembelihan hanya boleh dilakukan pada waktu yang telah ditentukan, yakni mulai setelah salat Iduladha pada 10 Dzulhijjah hingga hari tasyrik terakhir (13 Dzulhijjah). Penyembelih harus seorang muslim yang memahami tata cara penyembelihan islami.
Hewan disembelih dengan menyebut nama Allah (basmalah), menggunakan alat yang tajam untuk meminimalkan rasa sakit, dan menyayat pada bagian tenggorokan hingga putus saluran makanan (esofagus), saluran pernapasan (trakea), dan dua pembuluh darah besar.
Proses ini mencerminkan nilai kasih sayang terhadap hewan dan kepatuhan terhadap aturan agama. Beberapa organisasi juga mulai menerapkan pelatihan kepada penyembelih agar pelaksanaan berlangsung sesuai prinsip animal welfare dan tidak menyalahi aturan pemerintah.
3. Pengulitan dan Pemotongan Daging
Setelah penyembelihan, hewan dikuliti secara hati-hati agar tidak merusak kulit (terutama jika kulit akan dimanfaatkan atau dijual untuk kepentingan masjid). Selanjutnya, bangkai dibersihkan dari sisa darah dan kotoran, lalu dipotong menjadi beberapa bagian.
Pemotongan daging dilakukan secara sistematis agar memudahkan dalam proses distribusi. Bagian tubuh seperti kepala, kaki, dan jeroan biasanya dipisahkan, dan daging utama dipotong kecil sesuai standar konsumsi. Di beberapa tempat, proses ini melibatkan tim ahli potong atau tukang daging untuk memastikan higienitas dan efisiensi.
4. Pemisahan dan Penimbangan Bagian Daging
Pemisahan dilakukan untuk membedakan bagian daging yang akan dibagikan kepada mustahik (penerima manfaat), bagian yang boleh dikonsumsi oleh orang yang berqurban, serta jatah panitia (jika diperbolehkan). Penimbangan daging menjadi penting untuk menjamin keadilan dan pemerataan dalam distribusi.
Dalam praktik modern, panitia qurban telah menggunakan sistem pembagian berbasis berat (misalnya setiap paket berisi 1 kg daging) untuk menjaga proporsionalitas. Transparansi dalam pembagian daging turut menjaga kepercayaan masyarakat terhadap panitia penyelenggara.
5. Pengemasan Daging
Pengemasan daging dilakukan menggunakan kantong plastik food grade atau kemasan ramah lingkungan lainnya, yang bersih dan aman untuk makanan. Proses ini penting agar daging tetap higienis dan tidak terkontaminasi selama proses distribusi.
Panitia juga dapat menambahkan label pada kemasan untuk memberi informasi terkait jenis daging, berat, dan penerima, terutama jika jumlah paket banyak. Inovasi ini juga memudahkan dokumentasi dan pelaporan pasca-kegiatan.
6. Distribusi kepada Penerima
Distribusi daging kurban merupakan bagian akhir yang sangat penting karena menyentuh tujuan sosial dari ibadah qurban, yaitu berbagi kepada fakir miskin dan masyarakat yang membutuhkan. Daging kurban bisa dibagikan langsung oleh panitia atau melalui sistem kupon untuk menghindari antrean panjang dan kerumunan.
Distribusi juga dapat dilakukan secara merata ke wilayah terpencil atau daerah rawan pangan, yang membutuhkan uluran tangan lebih banyak. Lembaga kemanusiaan dan masjid besar biasanya sudah memiliki daftar penerima manfaat untuk mempermudah pendataan dan pemerataan.
7. Pembersihan Lokasi dan Pengelolaan Limbah
Setelah seluruh proses selesai, lokasi penyembelihan harus dibersihkan dari darah, bulu, dan limbah hewan. Limbah organik seperti jeroan atau tulang perlu dikelola dengan baik agar tidak mencemari lingkungan dan menimbulkan bau tidak sedap.
Beberapa panitia bekerja sama dengan dinas kebersihan atau petugas lingkungan untuk memastikan pembersihan berjalan maksimal. Kebersihan ini juga mencerminkan nilai Islam yang menekankan pada kebersihan sebagai bagian dari iman.