Liputan6.com, Jakarta Jerawat merupakan masalah kulit yang dialami oleh hampir 95% orang berusia 11 hingga 30 tahun. Kondisi yang sering menimbulkan rasa tidak nyaman dan mengganggu penampilan ini selama ini hanya bisa dikendalikan dengan berbagai jenis obat topikal maupun oral. Namun, kabar baik bagi penderita jerawat karena saat ini sedang dikembangkan vaksin jerawat yang bisa menjadi solusi jangka panjang untuk masalah kulit tersebut.
Vaksin jerawat merupakan terobosan baru dalam dunia medis yang sedang dalam tahap uji klinis. Perusahaan farmasi Sanofi telah memulai uji klinis fase I/II untuk vaksin jerawat eksperimental yang diklaim dapat mengubah cara pengobatan jerawat di masa mendatang. Jika berhasil melewati berbagai tahapan uji klinis, vaksin jerawat ini akan menjadi yang pertama di dunia.
Pengembangan vaksin jerawat ini menawarkan harapan baru bagi jutaan orang yang berjuang dengan masalah jerawat moderat hingga parah. Tidak seperti perawatan konvensional yang hanya mengatasi gejala dan harus digunakan dalam jangka waktu lama, vaksin jerawat diharapkan dapat mengatasi penyebab mendasar dari kondisi tersebut. Hal ini tentu menjadi kabar yang dinantikan oleh mereka yang sudah mencoba berbagai perawatan tanpa hasil yang signifikan.
Untuk informasi lebih lengkapnya, berikut ini telah Liputan6.com ragkum dari Live Science, pada Senin (28/4).
Menemukan produk yang tidak hanya melindungi dari sinar matahari, tetapi juga merawat kulitmu. Kulit bersih, bebas jerawat, dan tetap sehat. Semua ini dengan pemilihan sunscreen yang tepat.
Cara Kerja Vaksin Jerawat
Meskipun Sanofi belum mengungkapkan detail lengkap tentang mekanisme kerja vaksin tersebut, informasi yang dibagikan secara online mengindikasikan bahwa vaksin ini merupakan jenis vaksin mRNA. Vaksin mRNA menggunakan molekul genetik yang disebut messenger RNA untuk memberikan instruksi ke dalam sel-sel tubuh, yang kemudian memicu sistem kekebalan untuk menyerang protein spesifik.
Dalam kasus vaksin jerawat, protein target kemungkinan besar adalah protein yang diproduksi oleh bakteri Cutibacterium acnes (C. acnes), bakteri utama yang dikaitkan dengan jerawat. Sanofi menyatakan bahwa vaksin ini bertujuan untuk meningkatkan respons imun pasien terhadap strain bakteri tertentu yang diduga berkontribusi pada perkembangan jerawat.
C. acnes adalah bakteri yang secara alami terdapat pada kulit, tetapi pada beberapa orang, bakteri ini dapat memicu peradangan yang menyebabkan jerawat. Dengan menargetkan strain spesifik dari bakteri ini, vaksin jerawat diharapkan dapat mengurangi peradangan dan pada akhirnya menurunkan tingkat keparahan jerawat.
Prinsip kerja vaksin ini juga diperkuat oleh penelitian lain yang mengembangkan vaksin yang menargetkan enzim hyaluronidase pada C. acnes. Enzim ini dapat memecah asam hialuronat, zat pelindung yang diproduksi secara alami oleh kulit, meninggalkan fragmen yang kemudian diserang oleh sistem kekebalan tubuh, memicu peradangan yang terlihat pada jerawat.
Uji Klinis Vaksin Jerawat Sanofi
Sanofi sedang melakukan uji klinis fase I/II yang dimulai pada April 2024 dan diperkirakan akan berlangsung hingga 2027. Selama periode tersebut, perusahaan berencana untuk merekrut sekitar 400 orang dewasa berusia 18 hingga 45 tahun yang memiliki jerawat wajah moderat hingga parah, yang didefinisikan dengan memiliki jumlah jerawat tertentu pada wajah.
Beberapa peserta dalam uji coba ini akan menerima satu dari tiga dosis vaksin; peserta ini akan disuntik hingga tiga kali dengan dosis tersebut selama uji coba. Sementara itu, peserta uji coba lainnya akan menerima vaksin "dummy" yang tidak mengandung obat. Hal ini akan memberikan titik perbandingan untuk membantu para ilmuwan menentukan seberapa aman dan efektif vaksin tersebut.
Setelah uji klinis fase I/II selesai, Sanofi juga berencana untuk meluncurkan uji klinis fase I terpisah pada tahun 2027. Dalam uji coba ini, perusahaan akan menguji seberapa efektif vaksin dalam mengobati pasien dengan jerawat yang lebih ringan.
Meskipun hasil dari uji klinis ini masih belum tersedia untuk umum, proses pengujian yang ketat ini merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa vaksin jerawat akhirnya aman dan efektif untuk digunakan secara luas.
Kebutuhan dan Manfaat Vaksin Jerawat
Berbagai pengobatan saat ini dapat membantu mengelola gejala jerawat. Perawatan tersebut menargetkan berbagai pemicu jerawat, seperti sensitivitas kelenjar minyak di kulit terhadap hormon atau bakteri yang memicu peradangan. Namun, perawatan ini hanya dapat membantu mengendalikan jerawat, bukan melawan penyebab mendasar dari kondisi tersebut.
Pengobatan konvensional seperti antibiotik dan retinoid juga dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan. Misalnya, penggunaan retinoid dapat menyebabkan kulit kering dan iritasi, dan telah dikaitkan dengan gejala psikologis, seperti depresi dan pikiran bunuh diri. Selain itu, terdapat risiko bahwa penggunaan antibiotik secara berlebihan dapat menyebabkan perkembangan resistensi antibiotik pada bakteri penyebab jerawat.
Vaksin jerawat menawarkan alternatif yang menjanjikan untuk pengobatan saat ini. Tidak seperti pengobatan konvensional yang harus digunakan dalam jangka waktu lama dan seringkali disertai dengan efek samping yang tidak menyenangkan, vaksin jerawat bertujuan untuk mengatasi penyebab mendasar dari kondisi tersebut dan diharapkan memiliki efek jangka panjang.
Meskipun masih banyak pertanyaan yang perlu dijawab tentang vaksin ini, termasuk seberapa sering harus diberikan, berapa lama efek menguntungkan bertahan, dan apakah dapat digunakan sebagai terapi pencegahan, potensinya untuk mengubah lanskap pengobatan jerawat sangat menarik. Jika berhasil, vaksin jerawat bisa menjadi solusi yang lebih efektif dan nyaman bagi jutaan orang yang menderita kondisi kulit ini.
Kapan Vaksin Jerawat Akan Tersedia?
Pengembangan vaksin biasanya membutuhkan waktu sekitar satu dekade dari tahap perancangan hingga mendapatkan lisensi dan disetujui untuk penggunaan secara luas. Vaksin kandidat harus melalui beberapa fase pengujian, dimulai dengan eksperimen pada hewan dan sel manusia, sebelum beralih ke uji klinis yang semakin besar dengan subjek manusia
Sanofi menyatakan bahwa mereka berencana untuk membagikan hasil dari uji coba fase I/II "pada waktunya." Pengumpulan data untuk uji coba dijadwalkan akan berakhir pada tahun 2027, sehingga kemungkinan besar akan tersedia setelah waktu tersebut.
Bahkan jika hasil awal uji keamanan dan efikasi ini positif, masih diperlukan banyak pengujian sebelum vaksin dapat mencapai klinik. Vaksin jerawat Sanofi saat ini tampaknya menjadi yang paling maju dalam pipeline pengembangan, meskipun ada beberapa tim peneliti lain yang juga sedang mengembangkan vaksin jerawat.
Misalnya, sekelompok peneliti di California telah menciptakan vaksin yang menargetkan enzim hyaluronidase pada C. acnes. Pada tikus, vaksin ini telah terbukti mengurangi keparahan jerawat sebesar 50% dibandingkan dengan tikus yang tidak diberi vaksin. Berdasarkan kesuksesan ini, para peneliti sekarang sedang mempersiapkan vaksin tersebut untuk uji klinis.