Fakta Boneka Cry Baby, dari Simbol Emosi hingga Koleksi Viral Berkat Lisa BLACKPINK

14 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta Setelah Labubu menjadi incaran kolektor, kini muncul boneka Cry Baby yang menjadi sorotan publik. Dunia koleksi mainan seni atau art toy semakin semarak dengan kehadiran karakter unik yang menawarkan estetika visual serta filosofi mendalam. Labubu dan boneka Cry Baby berhasil menarik perhatian kolektor global, bahkan hingga menjadi tren di media sosial, sebagian besar berkat popularitas yang didorong oleh selebritas.

Boneka Cry Baby adalah karya seniman Thailand Molly Yllom, merepresentasikan ekspresi emosi yang wajar melalui air mata khasnya. Sama seperti Labubu, boneka Cry Baby menuai perhatian setelah dipamerkan oleh Lisa BLACKPINK.

Kolaborasi dengan perusahaan mainan raksasa POP MART dan strategi penjualan blind box turut mendongkrak popularitas mereka. Fenomena ini menunjukkan bagaimana art toy tidak hanya menjadi sekadar mainan, tetapi juga objek seni dengan makna mendalam yang mampu menjangkau khalayak luas. Berikut Liputan6.com ulas, fakta boneka Cry Baby dan perbandingannya dengan boneka Labubu yang sudah lebih dulu viral.

Mengenal Boneka Cry Baby: Simbol Emosi yang Mendalam

Boneka Cry Baby adalah karakter ikonik yang diciptakan oleh seniman asal Thailand, Mod-Nisa Srikamdee, atau lebih dikenal dengan nama Molly Yllom, pada tahun 2017. Inspirasi utama di balik penciptaan boneka ini muncul setelah Molly kehilangan anjing kesayangannya, yang kemudian direfleksikan pada bentuk rambut Cry Baby yang menyerupai telinga anjing.

Filosofi inti dari boneka Cry Baby adalah bahwa menangis merupakan ekspresi emosi yang normal dan bukan tanda kelemahan. Molly Yllom ingin menyampaikan pesan bahwa tidak apa-apa untuk menunjukkan kesedihan dan bahwa menangis adalah bagian alami dari menjadi manusia. Cry Baby hadir sebagai simbol ketenangan dan pengingat bahwa setiap orang berhak menunjukkan emosi mereka.

Secara visual, boneka Cry Baby mudah dikenali dari ciri khasnya yang selalu terlihat menangis namun tetap menggemaskan. Boneka ini memiliki pipi tembam, mata berkaca-kaca, ekspresi sedih, dan air mata palsu yang menetes. Desainnya sering kali mengusung tema pesta atau dongeng, seperti seri Cry Baby Circus, Cry Baby Birthday Party, Cry Baby Alien, dan Cry Baby Monster.

Popularitas boneka Cry Baby semakin meroket setelah Molly Yllom berkolaborasi dengan POP MART, perusahaan mainan raksasa asal Tiongkok, pada tahun 2021. Kolaborasi ini menghasilkan berbagai koleksi populer seperti Crying for Love, Crying Again, dan Crying in the Woods.

Strategi penjualan blind box yang diterapkan POP MART turut mempercepat daya tarik boneka Cry Baby di kalangan kolektor. Baru-baru ini, popularitasnya melambung tinggi setelah Lisa BLACKPINK memamerkan boneka ini, menggeser tren Labubu yang sebelumnya juga dipopulerkan olehnya.

Perbandingan Boneka Cry Baby dan Labubu: Dua Ikon Art Toy

Meskipun boneka Cry Baby dan Labubu sama-sama populer sebagai art toy dan berkolaborasi dengan POP MART, keduanya memiliki perbedaan mendasar dalam konsep, desain, dan asal-usul. Perbedaan ini memberikan karakteristik unik pada masing-masing boneka, menarik segmen kolektor yang berbeda.

Cry Baby diciptakan oleh Molly Yllom dari Thailand, terinspirasi dari pengalaman pribadi dan keinginan untuk mengekspresikan emosi kesedihan. Filosofinya berpusat pada normalisasi tangisan sebagai ekspresi emosi. Sementara itu, Labubu karya Kasing Lung dari Hong Kong/Belanda, terinspirasi mitologi Nordik dan cerita rakyat Eropa, dengan filosofi yang lebih berakar pada dunia fantasi dan sifat nakal namun baik hati.

Dari segi desain, boneka Cry Baby khas dengan ekspresi menangis, pipi merah, mata berkaca-kaca, dan air mata menetes, dengan rambut menyerupai telinga anjing. Sebaliknya, Labubu memiliki telinga panjang runcing, senyum nakal, dan gigi tajam menonjol, menyerupai elf monster kecil. Perbedaan visual ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para penggemar.

Keduanya sama-sama mencapai popularitas global melalui kolaborasi dengan POP MART dan strategi blind box. Lonjakan viralitas signifikan juga terjadi berkat promosi tidak langsung dari selebritas seperti Lisa BLACKPINK. Fenomena ini menegaskan bahwa baik boneka Cry Baby maupun Labubu berhasil menjembatani seni, emosi, dan budaya populer, menjadi objek koleksi yang memiliki makna dan cerita tersendiri bagi para penggemarnya.

QNA Seputar Boneka Cry Baby

1. Apakah Cry Baby dan Labubu termasuk limited edition atau diproduksi massal?

Sebagian besar seri Cry Baby dan Labubu dirilis dalam format blind box dengan edisi terbatas. Beberapa versi tertentu bahkan hanya tersedia dalam jumlah sangat terbatas atau sebagai chase figure (figur langka), sehingga mendorong kolektor untuk berburu atau menukar dengan sesama kolektor.

2. Apakah harga Cry Baby dan Labubu meningkat seiring waktu?

Ya, harga beberapa seri Cry Baby dan Labubu bisa meningkat signifikan di pasar sekunder, terutama jika termasuk edisi terbatas atau langka. Faktor seperti kondisi fisik (mint condition), kelengkapan kotak, dan popularitas edisi tertentu turut memengaruhi nilai jualnya.

3. Apa perbedaan kualitas bahan antara Cry Baby dan Labubu?

Keduanya umumnya terbuat dari vinyl berkualitas tinggi, tahan lama, dan dicetak dengan detail presisi. Namun, tekstur dan sentuhan akhir bisa sedikit berbeda antar seri dan tergantung pada gaya desain masing-masing karakter serta kolaborator.

4. Mana yang lebih disukai oleh kolektor pria dan wanita: Cry Baby atau Labubu?

Secara umum, Cry Baby cenderung lebih menarik bagi kolektor wanita karena ekspresinya yang emosional dan desainnya yang manis. Sementara Labubu lebih populer di kalangan kolektor pria dan penyuka karakter unik dengan nuansa fantasi atau horor ringan. Namun, preferensi ini bersifat subjektif dan tidak mutlak, karena banyak juga kolektor lintas gender yang mengoleksi keduanya.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|