Merayakan 1 Muharam, Tradisi Tahun Baru Islam di Berbagai Penjuru Dunia

1 week ago 16

Walaupun Tahun Baru Hijriah umumnya lebih bersifat reflektif daripada meriah, cara umat Islam menyambutnya sangat beragam tergantung pada latar budaya dan mazhab yang dianut.

1. Arab Saudi dan Negara Teluk

Di negara-negara seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Kuwait, Tahun Baru Islam biasanya ditetapkan sebagai hari libur nasional. Namun, perayaannya tidak dirayakan secara besar-besaran. Sebagian besar umat mengisi momen ini dengan shalat sunnah, membaca doa awal dan akhir tahun, serta memperbanyak zikir dan amal ibadah. Menurut AP News, karena bulan Muharam adalah salah satu dari empat bulan suci dalam Islam, banyak umat yang lebih memilih untuk merenung dan memperbanyak ibadah daripada berpesta.

2. Iran, Irak, dan Komunitas Syiah

Bagi umat Syiah, 10 hari pertama Muharam adalah masa berkabung atas gugurnya cucu Nabi Muhammad, Imam Husain, dalam peristiwa Karbala pada tahun 680 M. Mereka memperingatinya dengan ritual Asyura. Di Iran, Lebanon, dan Irak, peringatan ini sangat intens dengan prosesi duka, iring-iringan, bahkan beberapa di antaranya melakukan bentuk ekspresi fisik seperti memukul dada atau ritual simbolik lainnya. Dalam laporan National Geographic, makanan khusus seperti "doodh ka sharbat" di India juga menjadi bagian dari penghormatan terhadap al-Husain.

3. Maroko dan Afrika Utara

Di Maroko, Kementerian Urusan Islam menetapkan Tahun Baru Islam sebagai hari libur nasional. Seperti dilaporkan Morocco World News, sebagian masyarakat menyambutnya dengan makan bersama keluarga besar, menyajikan hidangan seperti couscous dan berbagai makanan tradisional lainnya. Meski lebih bersifat kekeluargaan dan tidak semeriah perayaan lain, hari ini tetap dianggap sebagai momen penting untuk berdoa dan memberi selamat satu sama lain.

4. Indonesia dan Asia Tenggara

Di Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam, perayaan Tahun Baru Hijriah diwarnai oleh tradisi lokal. Di Indonesia misalnya, pawai obor menjadi simbol penerangan jalan hidup di tahun yang baru. Selain itu, digelar pula doa bersama, pengajian, dan selawatan. Seperti yang disampaikan oleh Fakhrurazi dari UMJ, “Perayaan seperti tahlilan, selawatan, doa bersama, atau makan-makan bersama pun boleh dilakukan, selama niatnya untuk menambah semangat keislaman dan mempererat silaturahmi.”

5. Bagdad di Masa Lalu

Menariknya, dalam catatan sejarah seperti ditulis oleh qalam.global, Baghdad pada abad ke-8 hingga ke-10 menjadi pusat kosmopolitan yang merayakan berbagai tahun baru dari beragam tradisi agama. Meski Tahun Baru Hijriah bukan momen besar, tetap ada perayaan sederhana, termasuk pembagian hadiah dan pertunjukan teater yang ditonton khalifah dari atas panggung khusus. Ini menandakan bahwa tahun baru juga pernah menjadi bagian dari kebudayaan dan perayaan resmi di masa keemasan peradaban Islam.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|