Doa Mandi Besar untuk Pria, Ketahui Cara dan Sunnah-Sunnahnya

5 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta Menjaga kesucian diri merupakan bagian penting dalam ajaran Islam, khususnya bagi pria setelah mengalami hadas besar seperti berhubungan suami istri, mimpi basah, atau keluarnya mani. Untuk kembali dalam keadaan suci dan layak menjalankan ibadah, setiap Muslim diwajibkan melakukan mandi besar atau mandi junub. Proses penyucian ini dimulai dengan niat dan membaca doa mandi besar yang menandai kesadaran spiritual serta kesiapan untuk kembali menjalankan kewajiban agama. Mandi besar bukan hanya ritual pembersihan fisik, tapi juga bentuk ketaatan terhadap perintah Allah SWT. 

Dalam Fikih Sunnah karya Sayyid Sabiq dijelaskan bahwa mandi junub memiliki tata cara tertentu yang mencerminkan tuntunan Rasulullah SAW. Salah satu adab penting yang ditekankan adalah membaca niat di dalam hati serta memulai mandi dengan basmalah dan wudhu sebagaimana yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Hal ini menunjukkan bahwa mandi besar adalah ibadah yang membutuhkan kesungguhan lahir dan batin, bukan sekadar aktivitas membasuh tubuh. 

Lebih lanjut, dalam Al-Wajiz Ensiklopedi Fiqih Islam karya Abdul Azhim bin Badawi Al-Khalafi dijelaskan bahwa rukun mandi besar terdiri dari niat dan menyiramkan air ke seluruh tubuh tanpa terhalang sesuatu pun. Selain itu, ada beberapa sunnah yang dianjurkan, seperti mencuci kedua tangan sebelum mandi, berwudhu sebelum menyiram air ke tubuh, serta mendahulukan sisi kanan. Semua sunnah ini bertujuan untuk menyempurnakan proses bersuci. Dengan memahami doa mandi besar, tata cara dan sunnah-sunnahnya, seorang Muslim dapat menjalankan ibadah dengan lebih khusyuk dan bersih, baik secara fisik maupun spiritual. 

Berikut ini Liputan6.com ulas selengkapnya, Rabu (9/7/2025). 

Umat Muslim sebentar lagi akan marayakan Hari Raya Idul Fitri. Salah satu hal yang kerap dilakukan sebelumnya adalah mandi wajib. Beberapa orang menganggap mandi wajib sebagai keharusan. Bagaimana sebenarnya hukumnya?

Doa Mandi Wajib Laki-laki Keluar Mani 

Rukun pertama, niat dilakukan di dalam hati, namun dianjurkan juga untuk diucapkan. Adapun lafal doa niat mandi wajib laki-laki keluar mani sebagai berikut: 

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ الْحَدَثِ الْأَكْبَرِ فَرْضًالِلَّهِ تَعَالَى 

Arab Latin: Nawaitul ghusla lirof'il hadatsil akbari fardhol lillahi ta'aala. 

Artinya: "Saya berniat mandi untuk menghilangkan hadas besar fardu karena Allah Ta'ala." 

Di dalam mazhab Syafi'i, niat harus dilaksanakan bersamaan dengan saat air pertama kali disiramkan ke tubuh. Rukun kedua adalah memastikan air membasahi seluruh bagian tubuh, termasuk rambut dan lipatan-lipatan kulit. Tidak boleh ada bagian tubuh yang terlewat, sekecil apapun itu. 

Sunnah-Sunnah saat Mandi Wajib 

Dikutip dari laman MUI, berikut ini terdapat beberapa sunnah-sunnah dalam mandi wajib atau junub bagi laki-laki maupun perempuan. Hal ini juga dapat dianggap sebagai adab mandi wajib yang harus dilakukan oleh umat Muslim. Berikut rinciannya: 

  1. Ketika masuk ke kamar mandi, ambilah air lalu basuhlah tangan terlebih dahulu hingga tiga kali. 
  2. Bersihkan segala najis ataupun kotoran yang masih menempel di badan. 
  3. Berwudu sebagaimana ketika wudu hendak melaksanakan salat termasuk doa-doanya. Lalu akhiri dengan menyiram kedua kaki. 
  4. Mulailah mandi wajib dengan mengguyur kepala hingga tiga kali, bersamaan dengan itu berniatlah untuk menghilangkan hadas dari janabah. 
  5. Guyur bagian badan sebelah kanan yang dilanjutkan dengan bagian badan sebelah kiri sebanyak masing-masing tiga kali. 
  6. Menggosok tubuh bagian depan maupun belakang sebanyak tiga kali. 
  7. Dilanjutkan dengan menyela-nyela rambut dan jenggot (bila punya). 
  8. Yang terakhir pastikan air mengalir ke lipatan-lipatan kulit dan pangkal rambut. Sebaiknya menghindarkan tangan menyentuh kemaluan. Jika tersentuh, berwudulah lagi. 

Tata Cara Mandi Wajib Laki-laki Keluar Mani 

Berikut ini terdapat beberapa tata cara mandi wajib laki-laki yang keluar mani, yakni: 

1. Membaca Niat 

Tata cara yang pertama adalah membaca niat mandi wajib yang telah dijelaskan di atas. 

2. Membersihkan telapak tangan 

Disunahkan oleh Rasulullah SAW untuk mencuci tangan atau membasuh tangan sebanyak 3 kali. Hal tersebut bertujuan agar bersih dan terhindar dari najis. 

3. Bersihkan kotoran yang menempel pada tubuh 

Bersihkanlah kotoran yang menempel di sekitar tempat tersembunyi di tubuh seperti di sekitar kemaluan, pusar, ketiak, dan lipatan-lipatan tubuh yang lain dengan menggunakan tangan kiri. 

4. Cuci tangan menggunakan sabun 

Setelah membersihkan kemaluan, bersihkanlah tangan dengan cara mengusapkannya ke tembok atau tanah, selanjutnya bilas dengan menggunakan air dan sabun. 

5. Berwudu 

Selanjutnya, lakukan gerakan wudu yang sempurna seperti pada saat hendak melaksanakan salat. Yang dimulai dari membasuh tangan hingga membasuh kaki. 

6. Masukkan tangan ke dalam air 

Setelah memasukkan tangan ke dalam air, bersihkan sela pangkal rambut dengan jari-jari tangan sampai menyentuh kulit kepala. Setelah itu, guyur kepala dengan air sebanyak 3 kali. Pastikan pangkal rambut juga terkena air 

7. Bilas seluruh tubuh 

Yang terakhir, bilas seluruh tubuh menggunakan air. Dimulai dari sisi kanan dilanjutkan dengan sisi kiri sambil menggosok-gosokkan badan dan pastikan seluruh lipatan kulit dan bagian tersembunyi dibersihkan. Seperti jari-jari kaki, telinga, pusar dan ketiak. 

8. Membaca doa setelah mandi wajib 

Setelah semua tata cara di atas dilakukan dengan benar, yang terakhir adalah membaca doa setelah mandi wajib. Berikut ini bacaannya: 

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى مِنَ التَّوَّابِينَ وَاجْعَلْنِى مِنَ الْمُتَطَهِّرِينَ 

Arab Latin: Asyhadu an laa ilaha illallahu wahdahu laa syarika lahu, wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa Rasuluhu, allahumma-j'alni minattawwabina, waj'alni minal-mutathahirrina. 

Artinya: "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang menyucikan diri." 

Hal-Hal yang Membuat Mandi Besar Tidak Sah 

1. Tidak Berniat dalam Hati (Lupa atau Sengaja Tidak Berniat) 

Salah satu rukun utama mandi besar adalah niat, dan tanpanya, mandi besar menjadi tidak sah. Niat adalah pembeda antara mandi biasa dan mandi wajib. Dalam Islam, setiap amal ibadah tergantung pada niat, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: 

"Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niatnya…” (HR. Bukhari dan Muslim). 

Jika seseorang mandi dengan maksud menyegarkan tubuh saja, atau hanya karena kebiasaan, tanpa terlintas niat untuk menghilangkan hadas besar, maka mandi tersebut tidak mengangkat hadas. Niat ini tidak harus dilafalkan, cukup dihadirkan di dalam hati saat akan memulai mandi. 

2. Tidak Meratakan Air ke Seluruh Tubuh 

Syarat sah mandi besar berikutnya adalah meratakan air ke seluruh bagian tubuh, termasuk lipatan-lipatan kulit, bagian tersembunyi seperti ketiak, sela-sela jari tangan dan kaki, pusar, serta bagian rambut hingga kulit kepala. Jika ada bagian tubuh yang terlewat atau tidak terkena air secara sempurna, maka mandi besarnya menjadi tidak sah. Ini bisa terjadi karena tergesa-gesa, tidak menyibak rambut tebal, atau tidak menyadari ada bagian yang tertutup. Dalam buku Al-Wajiz Ensiklopedi Fiqih Islam karya Abdul Azhim bin Badawi, dijelaskan bahwa seseorang wajib menyampaikan air ke seluruh bagian tubuh yang tampak atau tersembunyi tanpa ada penghalang. 

3. Ada Penghalang Air di Kulit 

Mandi besar juga menjadi tidak sah jika pada tubuh terdapat penghalang yang mencegah air mengenai kulit, seperti cat kuku yang tebal, cat dinding, lem, atau lapisan make-up waterproof. Ini berbeda dengan air atau minyak yang menyerap ke dalam kulit atau menyatu, seperti lotion tipis atau keringat. Oleh karena itu, sebelum mandi besar, seseorang harus memastikan tidak ada zat yang menghalangi sampainya air ke kulit. Hal ini penting karena menyempurnakan pencucian tubuh adalah bagian dari kewajiban mandi junub. 

4. Tidak Menggunakan Air Suci (Thahur) 

Mandi besar hanya sah bila dilakukan dengan air suci dan menyucikan (air thahur). Jika seseorang menggunakan air najis (misalnya air yang sudah tercampur kotoran), atau air suci tetapi tidak menyucikan (seperti air bekas atau air yang telah berubah zatnya karena tercampur bahan lain seperti sabun berlebih, parfum pekat, atau minyak), maka mandi besarnya tidak sah. Dalam kitab Fikih Sunnah karya Sayyid Sabiq dijelaskan bahwa air yang digunakan untuk bersuci harus air murni dari sumber yang halal dan tidak terkontaminasi najis. Jadi, memperhatikan sumber dan kebersihan air menjadi syarat mutlak untuk mandi besar yang sah. 

5. Tidak Menghilangkan Najis Sebelum Mandi 

Sebelum mandi besar, najis yang melekat di tubuh harus dihilangkan terlebih dahulu, terutama jika berasal dari mani, darah haid, atau kotoran lainnya. Jika seseorang langsung mandi besar tanpa membersihkan najisnya terlebih dahulu, maka ia dalam kondisi belum suci secara sempurna, meskipun sudah menyiramkan air ke seluruh tubuh. Najis harus diangkat terlebih dahulu, baru kemudian dilanjutkan dengan proses mandi besar. Inilah sebabnya, para ulama menganjurkan agar sebelum mandi junub, seseorang membasuh kemaluannya terlebih dahulu, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. 

6. Rambut Masih Kering 

Imam Ar-Rafi'i menekankan pentingnya memastikan bahwa air mengenai seluruh bagian rambut dan kulit saat mandi junub. Menurutnya, bagian setiap helai rambut juga termasuk dalam area yang wajib terkena air agar mandi junub menjadi sah. Jika rambut dibiarkan kering atau ada bagian yang tidak terkena air, mandi tersebut dianggap tidak sempurna dan tidak sah untuk mengangkat hadas besar. 7. Tidak Menunaikan Rukun Mandi Junub 

Syarat dan rukun yang telah disebutkan di atas adalah kewajiban dalam menjalankan mandi junub. Oleh karena itu, menunaikan seluruh ketentuan tersebut merupakan hal yang wajib. Jika ada yang ditinggalkan, mandi junub tersebut tidak sah dan tidak dapat mengangkat hadas besar sesuai tuntunan syariat. 

QnA Seputar Mandi Besar 

Q: Apa itu mandi besar dalam Islam? 

A: Mandi besar, juga disebut mandi junub, adalah mandi wajib yang dilakukan untuk menghilangkan hadas besar agar seorang Muslim kembali dalam keadaan suci dan bisa melaksanakan ibadah seperti salat, puasa, atau membaca Al-Qur’an. 

Q: Apakah boleh mandi besar hanya dengan sekali guyuran air tanpa sabun? 

A: Boleh, selama niat telah dilakukan dan air telah merata ke seluruh tubuh. Sabun dan shampoo adalah alat bantu kebersihan, bukan syarat sah mandi besar. Namun, sabun dianjurkan untuk kesempurnaan kebersihan lahiriah. 

Q: Bagaimana hukum mandi besar menggunakan shower atau air pancuran? 

A: Hukumnya sah, selama air mengenai seluruh tubuh dan tidak ada bagian yang tertinggal. Tidak ada ketentuan bahwa mandi besar harus dengan gayung atau rendaman, yang penting adalah air suci merata. 

Q: Bolehkah salat tanpa mandi besar setelah berhubungan suami istri? 

A: Tidak boleh. Orang yang masih dalam keadaan junub tidak sah melaksanakan salat hingga ia mandi besar. Ini berdasarkan QS. An-Nisa: 43, yang menyatakan larangan salat bagi orang junub kecuali setelah mandi. 

Q: Apakah mandi besar menghapus dosa? 

A: Ya, mandi besar termasuk ibadah yang mengandung nilai penyucian fisik dan batin. Dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda bahwa jika seorang hamba mandi dan berwudhu dengan sempurna, maka dosa-dosanya akan berguguran seperti daun dari pohon. 

Q: Apakah orang yang belum mandi besar boleh membaca Al-Qur’an? 

A: Tidak boleh menyentuh atau membaca mushaf Al-Qur’an dalam keadaan junub. Namun, boleh mendengarkan bacaan Al-Qur’an atau membaca terjemahan saja. Mandi besar harus dilakukan terlebih dahulu untuk membaca secara langsung dari mushaf. 

Q: Bolehkah mandi besar dilakukan bersamaan dengan mandi Jumat? 

A: Boleh dan sah. Jika seseorang berniat mandi wajib dan mandi Jumat sekaligus, maka cukup dengan satu kali mandi, sebagaimana pendapat mayoritas ulama. Namun, dianjurkan untuk tetap menyempurnakan semua sunnahnya. 

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|